TES PAI KLS 7

Selasa, 21 Desember 2010

Nabi Adam AS

Nama : Adam
Usia : 930 tahun
Periode sejarah : 5872 – 4942 SM
Tempat turunnya di bumi : India, ada yang berpendapat di Jazirah Arab
Jumlah (anak) : 40 (laki-laki dan perempuan)
Tempat wafat : India, ada yang berpendapat di Mekah

di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak 25 kali

Adam (berarti tanah, manusia, atau cokelat muda) atau Nabi Adam as sebagai manusia pertama, bersama dengan istrinya, Hawa.
Merekalah orang tua semua manusia di dunia.
Di dalam Al-Quran, nama Adam as, disebutkan 25 kali dalam 25 ayat.

Penciptaan Adam

Setelah Allah SWT. menciptakan bumi, langit, dan malaikat, Allah berkehendak untuk menciptakan makhluk lain yang nantinya akan dipercaya menghuni, mengisi, serta memelihara bumi tempat tinggalnya. Saat Allah mengabari para malaikat akan kehendak-Nya untuk menciptakan manusia, mereka khawatir makhluk tersebut nantinya akan membangkang terhadap ketentuan-Nya dan melakukan kerusakan di muka bumi. Berkatalah para malaikat kepada Allah:

“Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” (Q.S. Al-Baqarah [2]:30)

Allah kemudian berfirman untuk menghilangkan keraguan para malaikat-Nya:

“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah [2]:30)

Lalu diciptakanlah Adam oleh Allah dari segumpal tanah. Setelah disempurnakan bentuknya, maka ditiupkanlah roh ke dalamnya sehingga ia dapat bergerak dan menjadi manusia yang sempurna. Awalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya karena mengingkari ketentuan Allah.

Adam diturunkan dibumi bukan karena mengingkari ketentuan, melainkan dari sejak akan diciptakan, Allah sudah menunjuk Adam sebagai khalifah di muka bumi. jadi meskipun tidak melanggar ketentuan (Allah) adam akan tetap diturunkan kebumi sebagai khalifah pertama.
Adam merupakan nabi dan juga manusia pertama yang bergelar khalifah Allah yang dimuliakan dan ditinggikan derajatnya. Ia diutus untuk memperingatkan anak cucunya agar menyembah Allah. Di antara sekian banyak anak cucunya, ada yang taat dan ada pula yang membangkang.
Kesombongan iblis (setan)

Saat semua makhluk penghuni surga bersujud menyaksikan keagungan Allah itu, hanya iblis (setan) yang membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah karena merasa dirinya lebih mulia, lebih utama, dan lebih agung dari Adam. Hal itu disebabkan karena setan merasa diciptakan dari unsur api, sedangkan Adam hanyalah dari tanah dan lumpur. Kebanggaan akan asal-usul menjadikannya sombong dan merasa enggan untuk bersujud menghormati Adam seperti para makhluk surga yang lain.

Disebabkan oleh kesombongannya itulah, maka Allah menghukum setan dengan mengusirnya dari surga dan mengeluarkannya dari barisan para malaikat disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pada dirinya hingga kiamat kelak. Disamping itu, ia telah dijamin sebagai penghuni neraka yang abadi.

Setan dengan sombong menerima hukuman itu dan ia hanya memohon kepada-Nya untuk diberi kehidupan yang kekal hingga kiamat. Allah memperkenankan permohonannya itu. Tanpa mengucapkan terima kasih dan bersyukur atas pemberian jaminan itu, setan justru mengancam akan menyesatkan Adam sehingga ia terusir dari surga. Ia juga bersumpah akan membujuk anak cucunya dari segala arah untuk meninggalkan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang sesat bersamanya. Allah kemudian berfirman bahwa setan tidak akan sanggup menyesatkan hamba-Nya yang beriman dengan sepenuh hati.
Pengetahuan Adam

Allah hendak menghilangkan pandangan miring dari para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmah-Nya yang menyatakan Adam sebagai penguasa bumi, maka diajarkanlah kepada Adam nama-nama benda yang ada di alam semesta yang kemudian diperagakan di hadapan para malaikat. Para malaikat tidak sanggup menjawab firman Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka dan mengakui ketidaksanggupan mereka dengan mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui sesuatupun kecuali apa yang diajarkan-Nya.

Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama benda itu kepada para malaikat dan setelah diberitahu oleh Adam, berfirmanlah Allah kepada mereka bahwa hanya Dialah yang mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui segala sesuatu yang nampak maupun tidak nampak.
Adam menghuni surga

Adam diberi tempat oleh Allah di surga dan baginya diciptakan Hawa untuk mendampingi, menjadi teman hidup, menghilangkan rasa kesepian, dan melengkapi fitrahnya untuk menghasilkan keturunan. Menurut cerita para ulama, Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam sebelah kiri sewaktu beliau masih tidur sehingga saat beliau terjaga, Hawa sudah berada di sampingnya. Allah berfirman kepada Adam:

“Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu syurga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al-Baqarah [2]:35)
Tipu daya setan

Sesuai dengan ancaman yang diucapkan saat diusir oleh Allah dari surga akibat pembangkangannya, setan mulai merancang skenario untuk menyesatkan Adam dan Hawa yang hidup bahagia di surga yang tenteram dan damai.

Bujuk rayunya dimulai saat ia menyatakan kepada mereka bahwa ia adalah kawan mereka yang ingin memberi nasihat dan petunjuk untuk kebaikan dan kebahagiaan mereka. Segala cara dan kata-kata halus digunakan oleh iblis untuk membuat Adam dan Hawa terbujuk. Ia membisikkan kepada mereka bahwa larangan Allah kepada mereka untuk memakan buah dari pohon terlarang adalah karena mereka akan hidup kekal sebagai malaikat apabila memakannya. Bujukan itu terus menerus diberikan kepada Adam dan Hawa sehingga akhirnya mereka terbujuk dan memakan buah dari pohon terlarang tersebut. Jadilah mereka melanggar ketentuan Allah sehingga Dia menurunkan mereka ke bumi. Allah berfirman:

“Turunlah kamu! Sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” (Q.S. Al-Baqarah [2]:36)

Mendengar firman Allah tersebut, sadarlah Adam dan Hawa bahwa mereka telah terbujuk oleh rayuan setan sehingga mendapat dosa besar karenanya. Setelah taubat mereka diterima, Allah berfirman:

“Turunlah kamu dari syurga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Lokasi Adam dan Hawa turun ke bumi

Turunlah mereka berdua ke bumi dan mempelajari cara hidup baru yang berbeda jauh dengan keadaan hidup di surga. Mereka harus menempuh kehidupan sementara dengan beragam suka dan duka sambil terus menghasilkan keturunan yang beraneka ragam bentuknya.
Di dalam kitab ad-Durrul Mantsur, disebutkan “Maka kami katakan, ‘Turunlah kalian … “, dari Ibnu Abbas, yakni: Adam, Hawa, Iblis, dan ular. Kemudian mereka turun ke bumi di sebuah daerah yang diberi nama “Dujjana”, yang terletak antara Mekah dan Thaif. Ada juga yang berpendapat Adam turun di Shafa, sementara Hawa di Marwah. Telah disebutkan dari Ibnu Abbas juga bahwa Adam turun di tanah India.

Diriwayatkan Ibnu Sa’ad dan Ibnu Asakir dari Ibnu Abbas, dia mengatakan, Adam diturunkan di India, sementara Hawa di Jeddah. Kemudian Adam pergi mencari Hawa sehingga dia mendatangi Jam’an (yaitu Muzdalifah atau al-Masy’ar). Kemudian disusul (izdalafat) oleh Hawa. Oleh karena itu, tempat tersebut disebut Muzdalifah.

Diriwayatkan pula oleh Thabrani dan Nua’im di dalam kitab al-Hilyah, serta Ibnu Asakir dari Abu Hurairah, dia bercerita, Rasulullah saw bersabda: “Adam turun di India.”
Sementara Ibnu Asakir menyebutkan ketika Adam turun ke bumi, dia turun di India.
Di dalam riwayat Thabrani dari Abdullah bin Umar disebutkan :

“Ketika Allah menurunkan Adam, Dia menurunkannya di tanah India. Kemudian dia mendatangi Mekah, untuk kemudian pergi menuju Syam (Syria) dan meninggal disana.” (HR. Thabrani)

Dari riwayat-riwayat secara global disebutkan bahwa Adam turun ke bumi, dia turun di India (Semenanjung Syrindib, Ceylan) di atas gunung yang bernama Baudza. Di dalam kitab Rihlahnya, Ibnu Batuthah mengatakan: “Sejak sampai di semenanjung ini, tujuanku tidak lain, kecuali mengunjungi al-Qadam al-Karimah. Adam datang ketika mereka tengah berada di semenanjung Ceylan”.
Syaikh Abu Abdullah bin Khafif mengatakan: “Dialah orang yang pertama kali membuka jalan untuk mengunjungi al-Qadam.”

Lokasi Makam Adam

Sementara makam Adam as sendiri ada yang mengatakan terletak di gunung Abu Qubais. Ada juga yang mengatakan di gunung Baudza, tanah dimana dia pertama kali turun ke bumi. Dan ada juga yang berpendapat, setelah terjadi angin topan, Nuh as mengulangi pemakamannya di Baitul Maqdis.
Dan kami menarjih apa yang diriwayatkan Thabrani, Ibnu al-Atsir, dan al-Ya’qubi, bahwa Adam setelah Allah SWT memberikan ampunan kepadanya, dibawa oleh Malaikat Jibril ke Jabal Arafat. Disana Jibril mengajarinya manasik haji. Dia meninggal dan dimakamkan di tepi Jabal Abu Qubais.
Kisah Adam dalam Al-Quran

Seperti telah disampaikan di atas bahwa nama Adam as dalam Al-Quran disebutkan 25 kali dalam 25 ayat, yaitu :

Surat Al-Baqarah [2] : ayat 31, 33, 34, 35, dan 37
Surat Al-Imran [3] : ayat 33 dan 39
Surat Al-Maidah [5] : ayat 27
Surat Al-A’raaf [7] : ayat 11, 19, 26, 27, 31, 35, dan 127
Surat Al-Israa’ [28] : ayat 50
Surat Maryam [19] : ayat 58
Surat Thaaha [20] : ayat 115, 116, 117, 120, dan 121
Surat Yaasin [36] : ayat 60

Berikut ini dibeberapa beberapa ayat penting yang terkait dengan uraian tersebut di atas.
Pada Surat Al-Baqarah [2] : ayat 30-38, Firman Allah SWT :

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 30)

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!” Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah [2]: 31,32)

Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.” Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan ?” Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. Al-Baqarah [2]: 33,34)

Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini. yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Kami berfirman: “Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS. Al-Baqarah [2]: 35-38)

Kemudian pada Surat Thaahaa [20] : ayat 115-123, Firman Allah SWT :

Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka mereka sujud kecuali iblis. Ia membangkang. Maka Kami berkata: “Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang, dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya”. (QS. Thaahaa [20]: 115-119)

Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?” Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. Allah berfirman: “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. (QS. Thaahaa [20]: 120-123)

Read More - Nabi Adam AS

Senin, 24 Mei 2010

Ibn Taimiyah

Abad ke-13 M merupakan periode malapetaka besar bagi sejarah Islam. Dunia Muslim belum lagi pulih dari porak-poranda Perang Salib yang panjang itu, bencana yang lebih buruk datang pula melanda.
Suku Mongol menyerbu negara Muslim, memusnahkan kekayaan intelektual dan cultural yang menumpuk selama berabad-abad pemerintahan Muslim, dan membunuh jutaan kaum Muslimin. Baghdad, kota Seribu Satu Malam yang tersohor itu, kota intelektual dan cultural Metropolitan Islam, tanpa memperhatikan keberatan dunia dirampok oleh Hulaku Khan, sang Mongol, pada 1258 M. Seluruh warisan cultural dan intelektual kota itu dibakar menjadi abu, atau dicampakan ke Sungai Tigris.
Pada kurun waktu dan huru-hara dan bencana sepeti itulah lahir Ibn Taimiyah, seorang pemikir agama yang berpengaruh besar terhadap dunia pemikiran Islam. Pemikir bebas dan penganut kemerdekaan hati nurani. Ia merupakan seorang yang dipetanyakan oleh sebagian ummat, tetapi dimuliakan oleh semuanya, karya serta teladan hidunya menjadi sumber ilham bagi setiap orang. Dia adalah kepahlawanan yang idup, yang diuji dalam kesengsaraan dan godaan, dukacita dan penderitaan, yang dipersembahkannya untuk kebaikan agama, kebenaran, dan keutamaan hati nurani manusia.
Ibn Taimiyah lahir di Harra, pada masa mudanya mengungsi karena takut pada suku Mongol, dan tiba bersama orang tuanya di Damaskus pada 1268 M. Ketika itu ia hampir berusia enam tahun. Ia cedas luar biasa, otaknya tajam, dan ingatannya kuat. Pada usia muda Ibn Taimiyah telah menguasai semua ilmu yang ada, agama dan fiqh rasional, teologi, logika, dan filosofi. Karena itu ia berperan penting di antara teman sebayanya. Dalam hal ini ia dibantu oleh ayahnya, ilmuwan utama fiqh Hanbali, disamping memetik manfaat dai ajaran Zain al Din Ahmad, al-Muqaddasi.
Pada 1282 M, ketika ayahnya meninggal, Ibn Taimiyah menggantikan kedudukann sang ayah sebagai guru besar hukum Hanbali dan memangku jabatan ini dalam derajat kemuliaan selama 17 tahun. Tetapi, cara berpikirannya yang bebas, menimbulkan permusuhan dengan penganut Syafi'i, sehingga jabatan itu lepas dari tangannya. Namun waktu itu ia telah terkenal di dunia Islam dan ditugaskan bekotbah jihad melawan suku Mongol yang menyerbu Suriah dan menaklukan Damaskus. Khotbahnya menggembleng rakyat dan menggugah sultan Mesir,

Sultan al-Nasir, untuk mengangkat senjata melawan orang-orang Mongol. Pada perang dahsyat di Marj as-Safa, pada 1302 M, Ibn Taimiyah berjuang gagah berani, sehingga pasukan Mongol terusir dan menderita kerugian besar.
Sejak itu hingga akhir hayatnya, mulailah baginya masa "pengadilan" yang keras dan sengsara. Pandangan bebasnya itu seolah-olah menjadi kutukan hidupnya. Ia menyarankan oposisi di bebagai daerah, dan menimbulkan kemarahan para pemuka. Pada 1307 M ia bersama dua saudaranya dipenjarakan selama empat tahun, karena dituduh mempetlikan sifat manusia dengan sifat Tuhan. Setelah bebas ia diangkat menjadi guru besar di sekolah yang didirikan oleh Sultan Mesir.
Setelah tujuh tahun ia diijinkan balik ke Damaskus, bahkan diangkat kembali sebagai guru besar, jabatannya yang dulu. Tetapi seera pula sengketa besar dengan Sultan membawa dia kembali ke penjara selama beberapa bulan, pada 1320 M.
Sebagai penganut keunggulan hati nurani individual, cara berpikirnya yang bebas itu tidak cocok dengan Muslim ortodoks dan konvensional. Kutukannya yang mematikan terhadap praktek-praktek pemujaan orang suci dan para penganutnya menimbulkan dendam di hati Sultan, yang mengurung dia di benteng Damaskus pada 1326 M. di tempat itulah ia tekun menulis tafsir Qur'an dan surat selebaran lainnya tentang sejumlah pokok pesoalan yang controversial. Ia wafat di penjara pada 1327 M. Kabar kematiannya menyuramkan Damaskus, dan sekitar 200.000 orang, mengikuti pemakamannya. Do'a pemakaman dipimpin oleh Ibn al-Wardi.
Kebesaran Ibn Taimiyah terletak pada kemandiriannya dan kebebasan berpikinya. Ia adalah di antara orang-orang mujtahid besar yang pernah dilahikan Islam, seorang yang menolak taqlid buta. Sebagai seorang penganut madzab Hanbali, ia setia mengikuti Al-Qur'an dan As-Sunnah, tak suka berkompromi, dan seorang antropomorfis sejati seperti pendahulu keagamaannya, Imam Hanbal.
Ilmu dankesenian Yunani diterjemahkan pada masa Abbasiyah. Masalah itu disesuaikan oleh Ibn Taimiyah dengan doktrin Islam atas permintaan mereka yang baru memeluk agama itu.
Jasanya yang terbesar kepada Islam terletak pada peringatannya kepada rakyat, betapa pelunya mereka menyesuaiakan diri dengan kesederhanaan dan kemurnian Islam masa awal, serta secara mutlak mengikuti Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Prinsip dasar Ibn Taimiyah ialah:
Wahyu merupakan sumber pengetahuan agama. Penalaran dan intuisi hanyalah sumber terbatas.
Kesepakatan umum pada ilmuwan yang terpercaya selama tiga abad perrtama Islam juga turut memberi pengertian tentang asas pokok Islam disamping Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Hanya Al-Qur'an dan As-Sunnah penuntun yang otentik dalam segala persoalan.
Ia membuang dan sungguh-sungguh mencela pengarruh asing yang korup, serta mencemarkan kemurnian dan kesederhanaan Islam masa awal. Dari Ibn Taimiyah, Muhammad Ibn Abdul Wahhab, seorang pemikir besar abad ke-18, dan sekolah Pembaruan al-Manar di Mesir, mendapat ilham bagi persoalan itu.
Ia terang-terangan menyatakan permusuhan dengan eksponen Muslim berfilosofi yunani. Filosofi, katanya, menimbulkan kebimbangan dan menyebabkan perpecahan dalam Islam. Ia mengkritik keras doktrin Ibn Arabi tentang Kesatuan makhluk. Menurut pendapatnya, kesimpulan Ibn arabi dalam hal ini tidak saja bertentangan dengan ajaran Nabi, tetapi juga dengan doktrin ke-Esa-an Tuan, seperti yang termaktub di dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Ibn Taimiyah merupakan tokoh controversial dalam dunia Islam. Seorang pemikir bebas yang yakin kepad keunggulan hati nurani individu, dan seorang yang ingin melihat Islam dalam kemuliaan sejati, ia lalu mengecam kepada semua pencemaran dan pengaruh asing yang marasuk ke dalam Islam. Karena sikap inilah ia dicaci, dipukul, dicambuk, dipenjarakan, dan dianiaya lahir batin. Namun ia tetap nekad hidup berhenti menghadapi penganiayaan.

Read More - Ibn Taimiyah

Syaikh Hasan Al-Banna

Ia dilahirkan di desa Mahmudiyah kawasan Buhairah, Mesir tahun 1906 M. Ayahnya, Syaikh Ahmad al-Banna adalah seorang ulama fiqh dan hadits. Sejak masa kecilnya, Hasan al Banna sudah menunjukkan tanda-tanda kecemerlangan otaknya. Pada usia 12 tahun, atas anugerah Allah, Hasan kecil telah menghafal separuh isi Al-Qur'an.
Sang ayah terus menerus memotivasi Hasan agar melengkapi hafalannya. Semenjak itu Hasan kecil mendisiplinkan kegiatannya menjadi empat. Siang hari dipergunakannya untuk belajar di sekolah. Kemudian belajar membuat dan memperbaiki jam dengan orang tuanya hingga sore. Waktu sore hingga menjelang tidur digunakannya untuk mengulang pelajaran sekolah. Sementara membaca dan mengulang-ulang hafalan Al-Qur'an ia lakukan selesai shalat Shubuh. Maka tak mengherankan apabila Hasan al Banna mencetak berbagai prestasi gemilang di kemudian hari. Pada usia 14 tahun Hasan al Banna telah menghafal seluruh Al-Quran. Hasan Al Banna lulus dari sekolahnya dengan predikat terbaik di sekolahnya dan nomor lima terbaik di seluruh Mesir. Pada usia 16 tahun, ia telah menjadi mahasiswa di perguruan tinggi Darul Ulum. Demikianlah sederet prestasi Hasan kecil.
Selain prestasinya di bidang akademik, Ia juga memiliki bakat leadership yang cemerlang. Semenjak masa mudanya Hasan Al-Banna selalu terpilih untuk menjadi ketua organisasi siswa di sekolahnya. Bahkan pada waktu masih berada di jenjang pendidikan i'dadiyah (semacam SMP), beliau telah mampu menyelesaikan masalah secara dewasa, kisahnya begini:
Suatu siang, usai belajar di sekolah, sejumlah besar siswa berjalan melewati mushalla kampung. Hasan berada di antara mereka. Tatkala mereka berada di samping mushalla, maka adzan pun berkumandang. Saat itu, murid-murid segera menyerbu kolam air tempat berwudhu. Namun tiba-tiba saja datang sang imam dan mengusir murid-murid madrasah yang dianggap masih kanak-kanak itu. Rupanya, ia khawatir kalau-kalau mereka menghabiskan jatah air wudhu. Sebagian besar murid-murid itu berlarian menyingkir karena bentakan sang imam, sementara sebagian kecil bertahan di tempatnya. Mengalami peristiwa tersebut, al Banna lalu mengambil secarik kertas dan menulis uraian kalimat yang ditutup dengan satu ayat Al Qur'an, "Dan janganlah kamu mengusir orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya."(Q. S. Al-An'aam: 52).

Kertas itu dengan penuh hormat ia berikan kepada Syaikh Muhammad Sa'id, imam mushalla yang menghardik kawan-kawannya. Membaca surat Hasan al Banna hati sang imam tersentuh, hingga pada hari selanjutnya sikapnya berubah terhadap "rombongan anak-anak kecil" tersebut. Sementara para murid pun sepakat untuk mengisi kembali kolam tempat wudhu setiap mereka selesai shalat di mushalla. Bahkan para murid itu berinisiatif untuk mengumpulkan dana untuk membeli tikar mushalla!
Pada usia 21 tahun, beliau menamatkan studinya di Darul 'Ulum dan ditunjuk menjadi guru di Isma'iliyah. Hasan Al Banna sangat prihatin dengan kelakuan Inggris yang memperbudak bangsanya. Masa itu adalah sebuah masa di mana umat Islam sedang mengalami kegoncangan hebat. Kekhalifahan Utsmaniyah (di Turki), sebagai pengayom umat Islam di seluruh dunia mengalami keruntuhan. Umat Islam mengalami kebingungan. Sementara kaum penjajah mempermainkan dunia Islam dengan seenaknya. Bahkan di Turki sendiri, Kemal Attaturk memberangus ajaran Islam di negaranya. Puluhan ulama Turki dijebloskan ke penjara. Demikianlah keadaan dunia Islam ketika al Banna berusia muda. Satu di antara penyebab kemunduran umat Islam adalah bahwa umat ini jahil (bodoh) terhadap ajaran Islam.
Maka mulailah Hasan al Banna dengan dakwahnya. Dakwah mengajak manusia kepada Allah, mengajak manusia untuk memberantas kejahiliyahan (kebodohan). Dakwah beliau dimulai dengan menggalang beberapa muridnya. Kemudian beliau berdakwah di kedai-kedai kopi. Hal ini beliau lakukan teratur dua minggu sekali. Beliau dengan perkumpulan yang didirikannya "Al-Ikhwanul Muslimun," bekerja keras siang malam menulis pidato, mengadakan pembinaan, memimpin rapat pertemuan, dll. Dakwahnya mendapat sambutan luas di kalangan umat Islam Mesir. Tercatat kaum muslimin mulai dari golongan buruh/petani, usahawan, ilmuwan, ulama, dokter mendukung dakwah beliau.
Pada masa peperangan antara Arab dan Yahudi (sekitar tahun 45-an), beliau memobilisasi mujahid-mujahid binaannya. Dari seluruh Pasukan Gabungan Arab, hanya ada satu kelompok yang sangat ditakuti Yahudi, yaitu pasukan sukarela Ikhwan. Mujahidin sukarela itu terus merangsek maju, sampai akhirnya terjadilah aib besar yang mencoreng pemerintah Mesir. Amerika Serikat, sobat kental Yahudi mengancam akan mengebom Mesir jika tidak menarik mujahidin Ikhwanul Muslimin. Maka terjadilah sebuah tragedi yang membuktikan betapa pengecutnya manusia. Ribuan mujahid Mesir ditarik ke belakang, kemudian dilucuti. Oleh siapa? Oleh pasukan pemerintah Mesir! Bahkan tidak itu saja, para mujahidin yang ikhlas ini lalu dijebloskan ke penjara-penjara militer. Bahkan beberapa waktu setelah itu Hasan al Banna,

selaku pimpinan Ikhwanul Muslimin menemui syahidnya dalam sebuah peristiwa yang dirancang oleh musuh-musuh Allah.
Dakwah beliau bersifat internasional. Bahkan segera setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, Hasan al Banna segera menyatakan dukungannya. Kontak dengan tokoh ulama Indonesia pun dijalin. Tercatat M. Natsir pernah berpidato didepan rapat Ikhwanul Muslimin. (catatan : M. Natsir di kemudian hari menjadi PM Indonesia ketika RIS berubah kembali menjadi negara kesatuan).
Syahidnya Hasan Al-Banna tidak berarti surutnya dakwah beliau. Sudah menjadi kehendak Allah, bahwa kapan pun dan di mana pun dakwah Islam tidak akan pernah berhenti, meskipun musuh-musuh Islam sekuat tenaga berusaha memadamkannya.
Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. (Q. S. Ash-Shaff: 8)
Masa-masa sepeninggal Hasan Al-Banna, adalah masa-masa penuh cobaan untuk umat Islam di Mesir. Banyak murid-murid beliau yang disiksa, dijebloskan ke penjara, bahkan dihukum mati, terutama ketika Mesir di perintah oleh Jamal Abdul Naseer, seorang diktator yang condong ke Sovyet. Banyak pula murid beliau yang terpaksa mengungsi ke luar negeri, bahkan ke Eropa. Pengungsian bagi mereka bukanlah suatu yang disesali. Bagi mereka di mana pun adalah bumi Allah, di mana pun adalah lahan dakwah. Para pengamat mensinyalir, dakwah Islam di Barat tidaklah terlepas dari jerih payah mereka. Demikianlah, siksaan, tekanan, pembunuhan tidak akan memadamkan cahaya Allah. Bahkan semuanya seakan-akan menjadi penyubur dakwah itu sendiri, sehingga dakwah Islam makin tersebar luas.
Di antara karya penerus perjuangan beliau yang terkenal adalah Fi Dzilaalil Qur'an (di bawah lindungan Al-Qur'an) karya Sayyid Quthb. Sebuah kitab tafsir Al-Qur'an yang sangat berbobot di jaman kontemporer ini. Ulama-ulama kita pun menjadikannya sebagai rujukan terjemahan Al-Qur'an dalam Bahasa Indonesia. Di antaranya adalah Al-Qu'an dan Terjemahannya keluaran Depag RI, kemudian Tafsir Al-Azhar karya seorang ulama Indonesia Buya Hamka. Mengenal sosok beliau akanlah terasa komplit apabila kita mengetahui prinsip dan keyakinan beliau. Berikut ini adalah prinsip-prinsip yang senantiasa beliau pegang teguh dalam dakwahnya:
Saya meyakini: "Sesungguhnya segala urusan bagi Allah. Nabi Muhammad SAW junjungan kita, penutup para Rasul yang diutus untuk seluruh umat manusia. Sesungguhnya hari

pembalasan itu haq (akan datang). Al-Qur’an itu Kitabullah. Islam itu perundang-undangan yang lengkap untuk mengatur kehidupan dunia akhirat."
Saya berjanji: "Akan mengarahkan diri saya sesuai dengan Al-Qur’an dan berpegang teguh dengan sunah suci. Saya akan mempelajari Sirah Nabi dan para sahabat yang mulia."
Saya meyakini: "Sesungguhnya istiqomah, kemuliaan dan ilmu bagian dari sendi Islam."
Saya berjanji: "Akan menjadi orang yang istiqomah yang menunaikan ibadah serta menjauhi segala kemunkaran. Menghiasi diri dengan akhlak-akhlak mulia dan meninggalkan akhlak-akhlak yang buruk. Memilih dan membiasakan diri dengan kebiasaan-kebiasaan islami semampu saya. Mengutamakan kekeluargaan dan kasih sayang dalam berhukum dan di pengadilan. Tidak akan pergi ke pengadilan kecuali jika terpaksa, akan selalu mengumandangkan syiar-syiar islam dan bahasanya. Berusaha menyebarkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk seluruh lapisan umat ini."
Saya meyakini: "Seorang muslim dituntut untuk bekerja dan mencari nafkah, di dalam hartanya yang diusahakan itu ada haq dan wajib dikeluarkan untuk orang yang membutuhkan dan orang yang tidak punya.

Saya berjanji: "Akan berusaha untuk penghidupan saya dan berhemat untuk masa depan saya. Akan menunaikan zakat harta dan menyisihkan sebagian dari usaha itu untuk kegiatan-kegiatan kebajikan. Akan menyokong semua proyek ekonomi yang islami, dan bermanfaat serta mengutamakan hasil-hasil produksi dalam negeri dan negara Islam lainnya. Tidak akan melakukan transaksi riba dalam semua urusan dan tidak melibatkan diri dalam kemewahan yang diatas kemampuan saya."
Saya meyakini: "Seorang muslim bertanggung jawab terhadap keluarganya, diantara kewajibannya menjaga kesehatan, aqidah dan akhlak mereka."
Saya berjanji: "Akan bekerja untuk itu dengan segala upaya. Akan menyiarkan ajaran-ajaran islam pada seluruh keluarga saya, dengan pelajaran-pelajaran islami. Tidak akan memasukkan anak-anak saya ke sekolah yang tidak dapat menjaga aqidah dan akhlak mereka. Akan menolak seluruh media massa, buletin-buletin dan buku-buku serta tidak berhubungan dengan perkumpulan-perkumpulan yang tidak berorientasi pada ajaran Islam."
Saya meyakini: "Di antara kewajiban seorang muslim menghidupkan kembali kejayaan Islam dengan membangkitkan bangsanya dan mengembalikan syariatnya, panji-panji islam harus menjadi panutan umat manusia. Tugas seorang muslim mendidik masyarakat dunia menurut prinsip-prinsip Islam."

Saya berjanji: "Akan bersungguh-sungguh dalam menjalankan risalah ini selama hidupku dan mengorbankan segala yang saya miliki demi terlaksananya misi (risalah) tersebut."
Saya meyakini: "Bahwa kaum muslim adalah umat yang satu, yang diikat dalam satu aqidah islam, bahwa islam yang memerintahkan pemelukya untuk berbuat baik (ihsan) kepada seluruh manusia."
Saya berjanji: "Akan mengerahkan segenap upaya untuk menguatkan ikatan persaudaraan antara kaum muslimin dan mengikis perpecahan dan sengketa di antara golongan-golongan mereka."
Saya meyakini: "Sesungguhnya rahasia kemunduran umat Islam, karena jauhnya mereka dari "dien" (agama) mereka, dan hal yang mendasar dari perbaikan itu adalah kembali kepada pengajaran Islam dan hukum-hukumnya, itu semua mungkin apabila setiap kaum muslimin bekerja untuk itu."


Read More - Syaikh Hasan Al-Banna

Sheikh Abdullah Azzam

"Ratusan tulisan dan pidatonya mampu menghidupkan ruh baru dalam diri ummat. Seolah-olah beliau dipilih Allah SWT untuk menegakkan kembali kewajiban yang telah dilupakan sebagian besar ummat Islam, yaitu jihad." Demikian komentar DR Dahba Zahely, cendekiawan Muslim Malaysia tentang DR Abdullah Azzam. Komentar senada juga datang dari cendekiawan dan ulama dari berbagai negara.
Sesungguhnya, Abdullah Azzam bukan hanya sosok mujahid di atas kertas dan podium, tetapi juga seorang mujahid yang gagah berani di medan tempur. Ia lahir dan besar di negeri penuh konflik, Palestina. Sejak kecil sudah dikenal sebagai anak yang pintar dan tegas. Sebelum usia akil baliq, ia sudah bergabung dengan Ikwanul Muslimin. Pada usia 20-an, bersama para pemuda Palestina ia sudah berani melawan Israel yang memiliki persenjataan canggih. Keterlibatannya langsung bertempur melawan zionis Israel, membangitkan semangatnya untuk belajar berbagai hal tentang perang.

Tidak hanya melawan Israel, tokoh kelahiran tahun l941 ini juga bertempur membantu pejuang Mujahiddin Afghanistan ketika mengusir tentara Uni Sovyet. Itu dilakukan setelah ia menyelesaikan program doktor di Universitas Al Azhar Mesir. Mulanya ia mengajar di Universitas Islam Antarbangsa di Islamabad Pakistan. Tetapi bau harum darah para syuhada Mujahiddin begitu kuat menggodanya. Akhirnya ia memutuskan bergabung dengan para pejuang Mujahiddin yang berlaga melawan Tentara Merah. Ia banyak belajar tentang jihad kepada para tokoh Mujahidin. Dan juga sebaliknya, para tokoh Mujahidin juga banyak belajar darinya. Abdullah Azzam menjadi seorang yang disegani di arena jihad Afghanistan, disamping para pemimpin Afghan sendiri.

Pada tahun 1980 ia pindah ke Peshawar. Di sana ia mendirikan Baitul Anshar, sebuah lembaga yang menghimpun bantuan untuk para mujahid Afghan. Ia juga menerbitkan sebuah media Ummah Islam. Lewat majalah inilah ia menggedor kesadaran ummat tentang jihad. Katanya, jihad di Afghan adalah tuntutan Islam dan menjadi tanggung jawab ummat Islam di seluruh dunia. Seruannya itu tidak sia-sia. Jihad di Afghan berubah menjadi jihad universal yang diikuti oleh seluruh ummat Islam di pelosok dunia. Pemuda-pemuda Islam dari seluruh dunia yang terpanggil oleh fatwa-fatwa Abdullah Azzam, bergabung dengan para mujahidin Afghan.

Jihad di Afghanistan telah menjadikan Abdullah Azzam sebagai tokoh pergerakan jihad zaman ini. Ia menjadi idola para mujahid muda. Peranannya mengubah pemikiran ummat Islam akan pentingnya jihad di Afghanistan telah membuahkan hasil yang sangat mengagumkan. Uni Sovyet sebagai negara Adidaya harus pulang dengan rasa malu, karena tidak berhasil menduduki Afghanistan.

Abdullah Azzam telah berhasil meletakkan pondasi jihad di hati kaum muslimin. Penghargaannya terhadap jihad sangat besar. "Aku rasa seperti baru berusia 9 tahun, 7 setengah tahun jihad di Afghan, 1 setengah tahun jihad di Palestina dan tahun-tahun yang selebihnya tidak bernilai apa-apa," katanya pada seuatu ketika. Ia juga mengajak keluarganya memahami dan memiliki semangat yang sama dengan dirinya. Isterinya menjadi pengasuh anak-anak yatim dan pekerja sosial di Afghanistan.

Komitmen Abdullah Azzam terhadap Islam sangat tinggi. Jihad sudah menjadi filosifi hidupnya. Sampai akhir hayatnya, ia tetap menolak tawaran mengajar di beberapa universitas. Ia berjanji terus berjihad sampat titik darah penghabisan. Mati sebagai mujahid itulah cita-citanya. Wajar kalau kemudian pada masa hidupnya dialah tokoh rujukan ummat dalam hal jihad. Fatwa-fatwanya tentang jihad selalu dinanti-nantikan kaum muslimin.

Tentu saja komitmen yang begitu besar itu telah menimbulkan keresahan di kalangan musuh-musuh Islam. Beberapa kali Abdullah Azzam menerima cobaan pembunuhan. Sampai akhirnya pada Jum'at, 24 November 1989. Tiga buah bom yang sengaja dipasang di gang yang biasa di lewati Abdullah Azzam, meledak ketika ia memarkir kendaraan untuk shalat jum'at. Sheik Abdullah bersama dua orang anak lelakinya, Muhammad dan Ibrahim, meninggal seketika. Kendaraan Abdullah Azzam hancur berantakan. Anaknya, Ibrahim, terlempar 100 meter; begitu juga dengan lainnya. Tubuh mereka juga hancur. Namun keanehan terjadi pada Sheikh Abdullah Azzam. Tubuhnya masih utuh bersandar pada sebuah tembok. Hanya sedikit darah yang mengalir dari bibirnya. Dalam peristiwa itu juga terbunuh anak lelaki al-marhum Sheikh Tamim Adnani (seorang perwira di Afghan). Sungguh beruntung orang-orang yang beriman dan beramal shaleh mendapatinya dengan wafat secara mendadak.


Kini Abadullah Azzam memang telah pulang ke rahmatullah, tetapi fatwa-fatwanya tetap hidup sepanjang masa. Cobalah renungi fatwanya berikut ini:
"Wahai kamu, anak-anak Islam! Biasakan dirimu dengan kebisingan bom-bom, peluru mortir dan pekikan senapan dan tank. Jauhilah kemewahan."
"Wahai kaum Muslimin, berimanlah dengan apa yang diimani oleh generasi pertama umat Islam, amalkan kebaikan, baca dan hafalkan al-Qur'an. Berhati-hatilah dengan apa yang kau katakan. Shalatlah pada malam hari, amalkan puasa sunat, carilah teman pergaulan yang baik dan ikutlah dalam pergerakan Islam."

"Ketahuilah bahwa pemimpin pergerakan tiada punya kuasa atas kamu untuk menghalangi kamu berjihad, atau mencegah kamu meninggalkan jihad demi menyebarkan dakwah, lantas menjauhkan kamu dari medan perang... Jangan sekali-kali minta pembenaran (lagi) kepada siapapun tentang jihad, sebab kebenarannya sudah pasti."
"Jihad tidak boleh ditinggalkan, karena Allah sendiri mengatakan bahwa jihad itu ibadah. Orang yang istiqomah berjihad diangkat tinggi derajatnya oleh Allah. Jihad adalah membebaskan manusia dari penindasan. Jihad itu melindungi martabat kita dan memperbaiki dunia. Jihad adalah jalan kemuliaan yang kekal."

Read More - Sheikh Abdullah Azzam

Sabtu, 10 April 2010

NABI IDRIS AS MENIKAM MATA IBLIS

Dalam sebuah kitab diterangkan bahawa pada suatu hari sedang Nabi Idris a.s. duduk menjahit bajunya, maka dengan tiba-tiba berdiri di hadapan pintu rumah Nabi Idris seorang lelaki yang tidak dikenali dan ditangannya terdapat sebiji telur.
Lalu ia berkata: "Wahai Nabi Idris! Bolehkah Tuhan kamu memasukkan dunia ini ke dalam telur yang sedang aku pegang?" Apabila Nabi Idris mendengar kata-kata lelaki itu, tahulah ia bahawa yang berbicara dengannya itu adalah iblis.

Lalu Nabi Idris berkata kepadanya: "Datanglah dekat aku dan tanyalah apa yang hendak kamu ketahui." Setelah iblis menghampirinya maka Nabi Idris pun berkata: "Tuhanku boleh memasukkan dunia ini ke dalam apa saja, jangankan dalam telur yang kamu pengang itu, bahkan ia dapat memasukkan dunia ini ke dalam lubang jarum yang aku pegang."

Setelah menjawab soalan yang dikemukakan oleh iblis itu, Nabi Idris dengan pantas mencucuk mata iblis dengan jarum yang ada di tangannya. Alangkah terperanjatnya iblis dengan tindakan yang tidak diduga sama sekali. Lalu iblis pun lari meninggalkan Nabi Idris yang telah membutakan sebelah matanya. Iblis itu buta sebelah matanya sehingga tiba saat kebangkitan junjungan besar kita Nabi Muhammad s.a.w.




Read More - NABI IDRIS AS MENIKAM MATA IBLIS

KISAH WALI ALLAH YANG SOLAT DI ATAS AIR

Sebuah kapal yang sarat dengan muatan dan bersama 200 orang temasuk ahli perniagaan berlepas dari sebuah pelabuhan di Mesir. Apabila kapal itu berada di tengah lautan maka datanglah ribut petir dengan ombak yang kuat membuat kapal itu terumbang-ambing dan hampir tenggelam. Berbagai usaha dibuat untuk mengelakkan kapal itu dipukul ombak ribut, namun semua usaha mereka sia-sia saja. Kesemua orang yang berada di atas kapal itu sangat cemas dan menunggu apa yang akan terjadi pada kapal dan diri mereka.


Ketika semua orang berada dalam keadaan cemas, terdapat seorang lelaki yang sedikitpun tidak merasa cemas. Dia kelihatan tenang sambil berzikir kepada Allah S.W.T. Kemudian lelaki itu turun dari kapal yang sedang terunbang-ambing dan berjalanlah dia di atas air dan mengerjakan solat di atas air.
Beberapa orang peniaga yang bersama-sama dia dalam kapal itu melihat lelaki yang berjalan di atas air dan dia berkata, "Wahai wali Allah, tolonglah kami. Janganlah tinggalkan kami!" Lelaki itu tidak memandang ke arah orang yang memanggilnya. Para peniaga itu memanggil lagi, "Wahai wali Allah, tolonglah kami. Jangan tinggalkan kami!"

Kemudian lelaki itu menoleh ke arah orang yang memanggilnya dengan berkata, "Apa hal?" Seolah-olah lelaki itu tidak mengetahui apa-apa. Peniaga itu berkata, "Wahai wali Allah, tidakkah kamu hendak mengambil berat tentang kapal yang hampir tenggelam ini?"

Wali itu berkata, "Dekatkan dirimu kepada Allah."
Para penumpang itu berkata, "Apa yang mesti kami buat?"
Wali Allah itu berkata, "Tinggalkan semua hartamu, jiwamu akan selamat."
Kesemua mereka sanggup meninggalkan harta mereka. Asalkan jiwa mereka selamat. Kemudian mereka berkata, "Wahai wali Allah, kami akan membuang semua harta kami asalkan jiwa kami semua selamat."

Wali Allah itu berkata lagi, "Turunlah kamu semua ke atas air dengan membaca Bismillah."
Dengan membaca Bismillah, maka turunlah seorang demi seorang ke atas air dan berjalan meng hampiri wali Allah yang sedang duduk di atas air sambil berzikir. Tidak berapa lama kemudian, kapal yang mengandungi muatan beratus ribu ringgit itu pun tenggelam ke dasar laut.
Habislah kesemua barang-barang perniagaan yang mahal-mahal terbenam ke laut. Para penumpang tidak tahu apa yang hendak dibuat, mereka berdiri di atas air sambil melihat kapal yang tenggelam itu.

Salah seorang daripada peniaga itu berkata lagi, "Siapakah kamu wahai wali Allah?"
Wali Allah itu berkata, "Saya ialah Awais Al-Qarni."
Peniaga itu berkata lagi, "Wahai wali Allah, sesungguhnya di dalam kapal yang tenggelam itu terdapat harta fakir-miskin Madinah yang dihantar oleh seorang jutawan Mesir."
WaliAllah berkata, "Sekiranya Allah kembalikan semua harta kamu, adakah kamu betul-betul akan membahagikannya kepada orang-orang miskin di Madinah?"
Peniaga itu berkata, "Betul, saya tidak akan menipu, ya wali Allah."

Setelah wali itu mendengar pengakuan dari peniaga itu, maka dia pun mengerjakan solat dua rakaat di atas air, kemudian dia memohon kepada Allah S.W>T agar kapal itu ditimbulkan semula bersama-sama hartanya.
Tidak berapa lama kemudian, kapal itu timbul sedikit demi sedikit sehingga terapung di atas air. Kesemua barang perniagaan dan lain-lain tetap seperti asal. Tiada yang kurang.
Setelah itu dinaikkan kesemua penumpang ke atas kapal itu dan meneruskan pelayaran ke tempat yang dituju. Apabila sampai di Madinah, peniaga yang berjanji dengan wali Allah itu terus menunaikan janjinya dengan membahagi-bahagikan harta kepada semua fakir miskin di Madinah sehingga tiada seorang pun yang tertinggal. Wallahu a'alam.


Read More - KISAH WALI ALLAH YANG SOLAT DI ATAS AIR

KISAH MALAIKAT JIBRIL DAN MALAIKAT MIKAIL MENANGIS

Dalam sebuah kitab karangan Imam al-Ghazali menyebutkan bahwa iblis itu sesungguhnya namanya disebut sebagai al-Abid (ahli ibadah) pada langit yang pertama, pada langit yang keduanya disebut az-Zahid. Pada langit ketiga, namanya disebut al-Arif.
Pada langit keempat, namanya adalah al-Wali. Pada langit kelima, namanya disebut at-Taqi. Pada langit keenam namanya disebut al-Kazin. Pada langit ketujuh namanya disebut Azazil manakala dalam Luh Mahfudz, namanya ialah iblis.
Dia (iblis) lupa akibat urusannya. Maka Allah S.W.T telah memerintahkannya sujud kepada Adam. Lalu iblis berkata, "Adakah Engkau mengutamakannya daripada aku, sedangkan aku lebih baik daripadanya. Engkau jadikan aku daripada api dan Engkau jadikan Adam daripada tanah."

Lalu Allah S.W.T berfirman yang maksudnya, "Aku membuat apa yang aku kehendaki." Oleh kerana iblis memandang dirinya penuh keagungan, maka dia enggan sujud kepada Adam A.S kerana bangga dan sombong.
Dia berdiri tegak sampai saatnya malaikat bersujud dalam waktu yang berlalu. Ketika para malaikat mengangkat kepala mereka, mereka mendapati iblis tidak sujud sedang mereka telah selesai sujud. Maka para malaikat bersujud lagi bagi kali kedua kerana bersyukur, tetapi iblis tetap angkuh dan enggan sujud. Dia berdiri tegak dan memaling dari para malaikat yang sedang bersujud. Dia tidak ingin mengikut mereka dan tidak pula dia merasa menyesal atas keengganannya.

Kemudian Allah S.W.T merubahkan mukanya pada asalnya yang sangat indah cemerlangan kepada bentuk seperti babi hutan. Allah S.W.T membentukkan kepalanya seperti kepala unta, dadanya seperti daging yang menonjol di atas punggung, wajah yang ada di antara dada dan kepala itu seperti wajah kera, kedua matanya terbelah pada sepanjang permukaan wajahnya. Lubang hidungnya terbuka seperti cerek tukang bekam, kedua bibirnya seperti bibir lembu, taringnya keluar seperti taring babi hutan dan janggut terdapat sebanyak tujuh helai.

Setelah itu, lalu Allah mengusirnya dari syurga, bahkan dari langit, dari bumi dan ke beberapa jazirah. Dia tidak akan masuk ke bumi melainkan dengan cara sembunyi. Allah S.W.T melaknatinya sehingga ke hari kiamat kerana dia menjadi kafir. Walaupun iblis itu pada sebelumnya sangat indah cemerlang rupanya, mempunyai sayap emapt, banyak ilmu, banyak ibadah serta menjadi kebanggan para malaikat dan pemukanya, dan dia juga pemimpin para malaikat karubiyin dan banyak lagi, tetapi semua itu tidak menjadi jaminan sama sekali baginya.

Ketika Allah S.W.T membalas tipu daya iblis, maka menangislah Jibril A.S dan Mikail. Lalu Allah S.W.T berfirman yang bermaksud, "Apakah yang membuat kamu menangis?" Lalu mereka menjawab, "Ya Allah! Kami tidaklah aman dari tipu dayamu."
Firman Allah bagi bermaksud, "Begitulah aku. Jadilah engkau berdua tidak aman dari tipu dayaku."
Setelah diusir, maka iblis pun berkata, "Ya Tuhanku, Engkau telah mengusir aku dari Syurga disebabkan Adam, dan aku tidak menguasainya melainkan dengan penguasaan-Mu."

Lalu Allah berfirman yang bermaksud, "Engkau dikuasakan atas dia, yakni atas anak cucunya, sebab para nabi adalah maksum."
Berkata lagi iblis, "Tambahkanlah lagi untukku." Allah berfirman yang maksudnya, "Tidak akan dilahirkan seorang anak baginya kecuali tentu dilahirkan untukmu dua padanya."
Berkata iblis lagi, "Tambahkanlah lagi untukku." Lalu Allah berfirman dengan maksud, "Dada-dada mereka adalah rumahmu, engkau berjalan di sana sejalan dengan peredaran darah."
Berkata iblis lagi, "Tambahkanlah lagi untukku." Maka Allah berfirman lagi yang bermaksud, "Dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukan yang berjalan kaki, ertinya mintalah tolong menghadapi mereka dengan pembantu-pembantumu, baik yang naik kuda mahupun yang berjalan kaki. Dan berserikatlah dengan mereka pada harta, iaitu mendorong mereka mengusahakannya dan mengarahkannya ke dalam haram."

"Dan pada anak-anak, iaitu dengan menganjurkan mereka dalam membuat perantara mendapat anak dengan cara yang dilarang, seperti melakukan senggama dalam masa haid, berbuat perkara-perkara syirik mengenai anak-anak itu dengan memberi nama mereka Abdul Uzza, menyesatkan mereka dengan cara mendorong ke arah agama yang batil, mata pencarian yang tercela dan perbuatan-perbuatan yang jahat dan berjanjilah mereka." (Hal ini ada disebutkan dalamsurah al-Isra ayat 64 yang bermaksud : "Gerakkanlah orang yang engkau kuasai di antara mereka dengan suara engkau dan kerahkanlah kepada mereka tentera engkau yang berkuda dan yang berjalan kaki dan serikanlah mereka pada harta dan anak-anak dan berjanjilah kepada mereka. Tak ada yang dijanjikan iblis kepada mereka melainkan (semata-mata) tipuan."




Read More - KISAH MALAIKAT JIBRIL DAN MALAIKAT MIKAIL MENANGIS

‘AUJ BIN UNUQ

'Auj bin Unuq adalah manusia yang berumur sehingga 4,500 tahun. Tinggi tubuh badannya di waktu berdiri adalah seperti ketinggian air yang dapat menenggelamkan negeri pada zaman Nabi Nuh a.s. Ketinggian air tersebut tidak dapat melebihi lututnya.

Ada yang mengatakan bahwa dia tinggal di gunung. Apabila dia merasa lapar, dia akan menghulurkan tangannya ke dasar laut untuk menangkap ikan kemudian memanggangnya dengan panas matahari. Apabila dia marah atas sesebuah negeri, maka dia akan mengencingi negeri tersebut hinggalah penduduk negeri itu tenggelam di dalam air kencingnya.

Apabila Nabi Musa bersama kaumnya tersesat di kebun teh, maka 'Auj bermaksud untuk membinasakan Nabi Musa bersama kaumnya itu. Kemudian 'Auj datang untuk memeriksa tempat kediaman askar Nabi Musa a.s., maka dia mendapati beberapa tempat kediaman askar Nabi Musa itu tidak jauh dari tempatnya. Kemudian dia mencabut gunung-gunung yang ada di sekitarnya dan diletakkan di atas kepalanya supaya mudah untuk dicampakkan kepada askar-askar Nabi Musa a.s.
Sebelum sempat 'Auj mencampakkan gunung-gunung yang diunjung di atas kepalanya kepada askar Nabi Musa a.s, Allah telah mengutuskan burung hud-hud dengan membawa batu berlian dan meletakkannya di atas gunung yang dijunjung oleh 'Auj. Dengan kekuasaan Allah, berlian tersebut menembusi gunung yang dijunjung oleh 'Auj sehinggalah sampai ke tengkuknya. 'Auj tidak sanggup menghilangkan berlian itu, akhirnya 'Auj binasa disebabkan batu berlian itu.

Dikatakan bahwa ketinggian Nabi Musa a.s adalah empat puluh hasta dan panjang tongkatnya juga empat puluh hasta dan memukulkan tongkatnya kepada 'Auj tepat mengenai mata dan kakinya. Ketika itu jatuhlah 'Auj dengan kehendak Allah S.W.T dan akhirnya tidak dapat lari daripada kematian sekalipun badannya tinggi serta memiliki kekuatan yang hebat.




Read More - ‘AUJ BIN UNUQ

KHIDIR HADIR SEMASA PENGURUSAN JENAZAH NABI S.A.W.

Ketika Rasulullah s.a.w. baru saja wafat, diriwayatkan ketika Saiyidina Ali Bin Abu Talib r.a. meletakkan jasad baginda di atas tempat tidur, tiba-tiba terdengar satu suara ghaib dari sudut rumah berseru dengan nada yang tinggi; "Jangan kamu mandikan jenazah Muhammad kerana ia adalah suci lagi pula ia membawa kesucian."


Syaidina Ali merasa curiga lalu bertanya: "Siapa kau?, bukankah Rasulullah menyuruh kami menandikannya." Kemudian terdengar pula suara ghaib yang lain berseru: "Hai Ali ! Mandikanlah beliau. Suara ghaib yang pertama itu adalah suara iblis yang terlutuk kerana dengaki terhadap Nabi Muhammad s.a.w. dan bermaksud supaya Muhammad dimasukkan ke dalam liang kuburnya tanpa dimandikan." Kata Syaidina Ali pula: "Semoga Allah membalas engkau dengan kebaikan kerana engkau telah memberitahu bahawa suara itu adalah iblis. Siapa dirimu sebenarnya?" "Aku adalah Khidir, aku datang untuk menghadiri jenazah Nabi Muhammad s.a.w." Jawab suara itu.

Kemudian Saiyidina Ali pun memandikan jenazah Rasulullah sedang Al-Fadhal Bin Abbas dan Usman Bin Zaid mengambil air dan Malaikat Jibril datang membawa harum-haruman dari syurga. Mereka mengkafan dan menguburkan baginda di kamar rumah Siti Aishah pada malam Rabu dan ada yang mengatakan pada malam Selasa.


Read More - KHIDIR HADIR SEMASA PENGURUSAN JENAZAH NABI S.A.W.

JANGGUT NABI HARUN BERWARNA DUA

Nabi Musa a.s. telah diperintahkan oleh Allah s.w.t. supaya pergi ke bukit Sina untuk menerima wahyu. Semasa pemergian Nabi Musa, segala urusan telah diserahkan kepada saudaranya Nabi Harun a.s. Pemergian Nabi Musa mengambil masa selama 40 hari dan 40 malam.

Ketiadaan Nabi Musa a.s telah mengembirakan seorang musuh dalam selimut bernama Samiri. Dia telah memunafaat masa ini untuk menyesatkan kaum Nabi Musa yang selama ini telah bersusah payah membentuk dan memberi keimanan kepada mereka. Sewaktu Nabi Musa menyeberangi Laut Merah setelah pulang dari Mesir, kaki kuda yang ditunggangi oleh Nabi Musa telah tenggelam dalam pasir di tengah lautan yang kering itu. Dengan segala usaha yang dilakukan oleh Nabi Musa, kuda yang ditungganginya tetap tidak mahu meneruskan perjalanan untuk menyeberangi Laut Merah.

Kerana itu Allah telah mengutuskan malaikat Jibrail dengan menunggang kuda betina. Melihat lawan sejenisnya kuda yang ditunngangi oleh Nabi Musa telah mengejar kuda yang ditunggangi oleh Malaikat Jibrail. Samiri yang ikut serta dalam rombongan tersebut telah mengambil segenggam pasir bekas tapak kaki kuda yang ditunggangi oleh Jibrail dan disimpannya untuk dijadikan azimat.

Apabila tiba masa yang sesuai iaitu semasa Nabi Musa bersunyi di Bukit Sina, Samiri membuat patung seekor lembu daripada emas murni. Setelah siap, patung itu diisinya dengan pasir yang di ambil dari bekas tapak kaki kuda Jibrail. Dalam waktu yang singkat sahaja patung lembu tersebut dapat mengeluarkan suara. Melihat keadaan tersebut, umat Nabi Musa datang berduyun-duyun kepada Samiri. Samiri memimpin mereka menyembah patung lembu yang menakjubkan itu.

Nabi Harun sangat marah setelah melihat umatnya menyembah berhala, lalu berusaha mencegah umatnya daripada terus syirik kepada Allah bahkan umatnya mengancam Nabi Harun untuk membunuhnya jika Nabi Harun terus melarang mereka meyembah patung lembu tersebut. Nabi Harun tidak dapat berbuat apa-apa untuk melarang mereka daripada terus menyembah patung tersebut. Setelah kembali daripada Bukit Sina, Nabi Musa sangat marah kerana melihat umatnya telah murtad.

Nabi Harun telah di persalahkan dalam hal ini. Dalam keadaan marah yang tidak dapat dikawal Nabi Musa telah menarik janggut Nabi Harun menyebabkan janggut yang dipegang oleh Nabi Musa telah bertukar menjadi putih manakala janggut yang tidak terkena tangan Nabi Musa kekal berwarna hitam. Sejak itu janggut Nabi Harun mempunyai dua warna iaitu putih dan hitam.

Read More - JANGGUT NABI HARUN BERWARNA DUA

Senin, 05 April 2010

MENJADI SILUMAN DI KOMPUTER LAIN PADA SERVER BERBASIS WINDOWS XP

Pertama-tama anda harus mendownload 2 program penting yaitu :

1. kaht

2. Internet Maniac


Ingat hanya dengan 2 program diatas maka anda bersiap-siaplah menguasai warnet / kampus / kantor dan sebagainya, lho bagaimana bisa ? hehehe..
Setelah 2 program diatas di download maka ekstractlah dahulu program tersebut, entah pakek WINZIP atau pakek apa. Kalo udah di extract lalu pertama kali anda periksa dahulu jaringan anda dengan melihat para hostname dengan 2 cara.



Untuk Windows XP, Cara Pertama Masuk ke Start Lalu Search, lalu pilih computers or people lalu pilih A computer on the Network lalu langsung klik search maka akan segera muncul computer-komputer yang terkoneksi dalam jaringan.

Untuk Windows 95/98/Me/2000 (kalau anda menemukan open port 135 di OS ini) :)
Cara Pertama Masuk ke Start Lalu Search Lalu For Files or Folders lalu pada menu Search for other item pilihlah computers, lalu akan muncul Search for computer, maka langsung klik Search Now maka nama-nama computer akan muncul
(Alternatif cara yang cepat dapat mengklik My Network Place / Network Neighboure saja)

Setelah kamu dapetin sasaran computer yang mau di masukin / diremote maka kamu langsung aja kamu jalankan program Internet Maniac, masuklah ke Host Lookup lalu ketikkan nama computer / hostname lalu klik resolve, disini anda akan mendapat alamat ip computer tersebut. Dengan nomor ip ini maka anda sudah mengetahui sasaran computer yang akan di masuki.

Setelah itu selesai maka kita tinggalkan program Internet Maniac, kita akan berlanjut dengan program KaHT, program ini akan didetect sebagai Trojan oleh antivirus, tapi abaikan saja, jangan di hapus / di karantina kalau terdetect, kalau perlu del aja antivirusnya, satu lagi, program KaHT bekerja dalam MS-DOS Mode jadi disini kemampuan anda menggunakan DOS sangat penting, tanpa kemampuan DOS maka anda tidak akan bisa banyak berbuat.

Cara masuk DOS Mode
Untuk Windows XP :
Masuklah ke Start, All programs, Accessories lalu Command Prompt
Untuk Windows 95/98/Me/NT/2000
Masuklah ke Start, Programs, Accessories lalu MS-DOS Prompt

Setelah berhasil masuk DOS maka masuklah di directory program KaHN, masa seh bisa lupa tadi program diextract dimana, hehe, (Misal tadi di extract di C:\KaH) maka ketikkan “CD\KaHT” dan seterusnya.

Jika sudah, ini saatnya…

Ketikkan “KaHT sebelum_no_ip_komputer_sasaran no_ip_komputer_sasaran.
kalau bingung bisa begini : "KaHT Ip1 ip2"
ip1 : ip awal yang discan
ip2 : ip terahkir yang discan

Misalnya tadi ip-nya 192.168.0.1 setelah di detect pakek Internet Maniac tadi itu lho.
Maka ketikkan saja “KaHT 192.168.0.0 192.168.0.1” lalu enter aja
Nah disini nanti program akan bekerja otomatis.
Setelah selesai menscan jika nanti port 135 ternyata dalam keadaan open maka anda akan otomatis di computer tujuan / sasaran, untuk lebih persisnya anda akan berada di "c:\windows\system" milik komputer tujuan / sasaran setelah pen-scan-an selesai.
Anda bisa bebas di computer sasaran, mau edit atau di delete pun bisa, hehe

Nah kalo udah begini kita bisa berkreasi :

Pingin biaya warnet kita lebih murah ? gampang masuk aja di billing server, ketik Time, ganti aja waktunya, tapi jangan banyak-banyak apalagi minus nanti ketahuan ama operator warnetnya, hehe.

Memata-matai anak yang sedang chatting pakek MiRC di satu warnet / kampus / kantor / lainnya, cari program MiRC yang digunakan dalam computer tersebut, biasanya seh di C:\Program Files\MiRC, buka file MiRC.INI, lalu Log IRC di On kan saja dan kalo mau lihat isi chattingan teman kita itu cukup lewat “/logs” maksudnya kalau tadi di C:\program Files\MiRC program MiRCnya maka cukup masuk aja di C:\Program Files\MiRC\Logs nanti disitu ada file-file log hasil chattingan dia walaupun dia sedang online tetep aja terekam, hehe, kalo mau mastiin dia makek nick apa, gampang banget bisa jalanin aja MiRCnya atau periksa di MiRC.INI, gampangkan.

Apalagi nih, Bikin computer itu rusak, lebih baik jangan, tapi sebenere bisa lho, delete aja file-file systemnya, hehehe..

Diatas cuman kreasi dikit aja, kamu bisa aja memanfaatkannya jauh lebih bermanfaat dari pada diatas.



Credits:

.::Laser BiruNET Yogyakarta::.



Read More - MENJADI SILUMAN DI KOMPUTER LAIN PADA SERVER BERBASIS WINDOWS XP

MENGETAHUI SANG MATA-MATA

Jangan pernah merasa aman saat diri anda terhubung dengan Internet. Ada begitu banyak orang tak terduga diluar sana. Siapa tau anda sedang "diintai" oleh seseorang yang sedang mengincar data-data sensitif anda.


Berikut ialah tips sederhana tentang bagaimana cara mengetahui ada tidaknya mata-mata yang sedang mengintai kita:

1. Gunakan perintah netstat pada windows command processor. Lihatlah apakah ada proses yang LISTEN atau ESTABLISHED pada salah satu port komputer anda.Apabila anda tidak merasa membuka servis pada port tersebut, maka adanya kedua state diatas pada port itu bisa di curigai. Anda perlu waspada dengan hal ini.
2. Install Firewall atau IDS yang handal pada komputer anda. Setting Firewall anda agar tidak ada yang bisa connect ke komputer kita. Filter program-program yang hendak membuka koneksi keluar (misalnya: browser, mail client, dsb) sehingga apabila ada yang ingin membuka koneksi keluar akan ada pesan peringatan diizinkan atau tidak. Dari sini kita bisa mengetahui jika ada program asing yang hendak buka port komputer kita untuk mengirim data secara diam-diam keluar.
Untuk IDS saya sarankan untuk menggunakan BlackIce. Nantinya, jika ada yang mencoba untuk connect ke komputer anda, akan ada pemberitahuan terlebih dahulu.
3. Install Antivirus handal dan jangan lupa untuk melakukan update secara rutin. Biasanya Antivirus akan langsung mengenali spyware dan langsung membasminya.

Semoga bermanfaat.


disadur dari www.spyrozone.tk All Rights Reserved



Read More - MENGETAHUI SANG MATA-MATA

MENGAMBIL TEXT ATAU GAMBAR PADA SITUS YANG MENDISABLE KLIK KANAN

Sepertinya akhir-akhir ini banyak yach situs yang memakai script anti klik-kanan. Misalnya di halaman artikel ini. Coba dech kamu klik kanan... maka akan muncul message alert. Sebenarnya gampang banget koq.. ada banyak cara mengatasinya.




[[[[[[[::::: 1 :::::]]]]]]] CARA YANG SEDIKIT KEREN :P

Pertama block dulu text yang ingin kamu copy. Ingat, cuma di block ajah. Lalu klik kanan dan TAHAN. Begitu message alert muncul, tekan tombol [Esc] pada keyboard. Lalu lpaskan klik kananmu dan akan muncul menu seperti biasa.. beres dech.. tinggal copy... Gunakan cara yang sama untuk mengambil gambar. Klik-kanan pada gambar-tahan-tekan [Esc].



[[[[[[[::::: 2 :::::]]]]]]] GUNAKAN FASILITAS KEYBOARD
Blok textnya (tanpa di klik-kanan) lalu tekan tombol berlogo tanda panah yang ada di dekat tombol [ctrl] Itu tuuch.. yang ada tanda panah lagi nunjuk menu.. udah ketemu khan... naah.. sekarang muncul dech menu klik-kanannya. Atau bisa juga block textnya lalu tekan [ctrl] + [c]



[[[[[[[::::: 3 :::::]]]]]]] IE MENU pada TOOLBAR

Kebanyakan orang melupakan hal ini. Setelah memblock textnya, klik [edit] [copy]. Tentunya cara ini tidak dapat dipergunakan untuk menyimpan gambar.


------------------------------------------------------

www.spyrozone.tk

CopyLEFT (c) 2005 www.spyrozone.tk All Rights Reserved

------------------------------------------------------

Read More - MENGAMBIL TEXT ATAU GAMBAR PADA SITUS YANG MENDISABLE KLIK KANAN

MEMANTAU WEB DENGAN SMS


Khusus bagi pengguna matrix dan mentari kini anda bisa memantau web dengan sms. Aktivitas seperti memonitor jumlah pengunjung per hari, halaman apa saja yang mereka akses dan bahkan (hingga saat artikel ini diterbitkan) pengunjung bisa mengirim pesan kepada kita secara cuma-cuma.


Indosat (satelindo) telah memberikan suatu fitur email: satelindo@mail. Anda nantinya akan memiliki acacount email sebagai berikut:

0815xxxxxxxx@satelindogsm.com
http://satelindo.co.id/gsm/satmail.htm

Untuk mendapatkan fitur ini anda harus mendaftar terlebih dahulu.

Kita akan memanfaatkan notifikasi yang diberikan.Notifikasi hanya diberikan maksimal dari 3 domain pengirim.

1. Set domain yang anda inginkan di filternya. Misalnya saja djoekhoe.tk

2. Nantinya anda akan menerima notifikasi dari email yg dikirim melalui domain anda, beserta isinya.

3. Setting script homepage anda dengan memanfaatkan fungsi mail. Sesuaikan saja dengan keinginan anda, apakah akan dijadikan suatu form khusus agar pengunjung bisa mengirimkan pesan kepada anda atau anda jadikan suatu fasilitas internal untuk mengetahui aktivitas pengunjung situs anda.

4. Nah, nantinya anda akan menerima sms notifikasi dari 777.

------------------------------------------------------

disadur dari
www.spyrozone.tk All Rights Reserved

Read More - MEMANTAU WEB DENGAN SMS

Kamis, 01 April 2010

Pak Satpam

Ngerjain SATPAM


Hal ini pernah gw coba swaktu gw ngekos di daerah klapa dua depok, waktu itu kosan gw masih tetangga-an sama kampus gunadarma depok. ngisengin satpam gundar yang imutsederhana aja,pertama loe musti punya radio buat nyari frekuensi,kedua loe siapin apa
aja buat penghantar getar yang sejenis tali(kalo gw make sejenis kabel aluminium) ambil kaleng bekas apa aja,lobangin kalengnya pasang satu ujung tali/kabel tsb pada kaleng yang udah dibolongin, dan ikat ujung yang satunya pada antena radio yang sebelumnya udah loe panjangin, arahkan antena pada tempat dimana satpam2 berwalky-talky,cari frekuensinya, gw yakin pasti loe dapet frekuensi si satpam tsb karena sinyal dari alat walky-talkie itu kuat banget sehingga gw yakin hampir 100% loe pasti bisa nemuin gelombang frekuansi satpam2 tsb....

Setelah loe dapet sinyalnya loe bisa join ngomong, bicara sama mereka yaa sekedar ngeledek, atau loe pura2 jadi teroris yang mau mengebom kampus loe sendiri....hahahahahahah.....gila loe....

kontek2....satpam2 kepada satpam dua .... heii....saya teroris.... saya sudah memasang bom di gedung serbaguna hehehehe.....


disadur dari ... www.spyrozone.tk All Rights Reserved
Read More - Pak Satpam

MENCARI ALLAH

DIMANA ALLAH?????


Keterangan Para Sahabat Nabi SAW, dan Ulama-Ulama Islam.
Adapun keterangan dari para sahabat Nabi SAW, dan Imam-imam kita serta para
Ulama dalam masalah ini sangat banyak sekali, yang tidak mungkin kami turunkan satu persatu dalam risalah kecil ini, kecuali beberapa diantaranya.

1. Umar bin Khatab pernah mengatakan : Artinya :

"Hanyasanya segala urusan itu (datang/keputusannya) dari sini". Sambil Umar mengisyaratkan tangannya ke langit " [Imam Dzahabi di kitabnya "Al-Uluw" hal : 103. mengatakan : Sanadnya seperti Matahari (yakni terang benderang keshahihannya)].

2. Ibnu Mas'ud berkata : Artinya : "'Arsy itu di atas air dan Allah 'Azza wa Jalla di atas 'Arsy, Ia mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan". Riwayat ini shahih dikeluarkan oleh Imam Thabrani di kitabnya "Al-Mu'jam Kabir" No. 8987. dan lain-lain Imam. Imam Dzahabi di kitabnya "Al-Uluw" hal : 103 berkata : sanadnya shahih,dan Muhammad Nashiruddin Al-Albani menyetujuinya (beliau meringkas dan mentakhrij hadits ini di kitab Al-Uluw). Tentang 'Arsy Allah di atas air ada firman Allah 'Azza wa Jalla. "Dan adalah 'Arsy-Nya itu di atas air" (Hud : 7)

3. Anas bin Malik menerangkan : Artinya :

"Adalah Zainab memegahkan dirinya atas istri-istri Nabi SAW, ia berkata :
"Yang mengawinkan kamu (dengan Nabi) adalah keluarga kamu, tetapi yang
mengawinkan aku (dengan Nabi) adalah Allah Ta'ala dari ATAS TUJUH LANGIT".
Dalam satu lafadz Zainab binti Jahsyin mengatakan : "Sesungguhnya Allah
telah menikahkan aku (dengan Nabi) dari atas langit". (Riwayat Bukhari juz 8
hal:176). Yakni perkawinan Nabi SAW dengan Zainab binti Jahsyin langsung
Allah Ta'ala yang menikahinya dari atas 'Arsy-Nya. Firman Allah di dalam
surat Al-Ahzab : 57 "Kami kawinkan engkau dengannya (yakni Zainab)".

4. Imam Abu Hanifah berkata : Artinya :

"Barangsiapa yang mengingkari sesungguhnya Allah berada di atas langit,
maka sesungguhnya ia telah kafir".
Adapun terhadap orang yang tawaqquf (diam) dengan mengatakan "aku tidak
tahu apakah Tuhanku di langit atau di bumi". Berkata Imam Abu Hanifah :
"Sesungguhnya dia telah 'Kafir !".
Karena Allah telah berfirman : "Ar-Rahman di atas 'Arsy Ia istiwaa". Yakni
: Abu Hanifah telah mengkafirkan orang yang mengingkari atau tidak tahu
bahwa Allah istiwaa diatas 'Arsy-Nya.

5. Imam Malik bin Anas telah berkata : Artinya :
"Allah berada di atas langit, sedangkan ilmunya di tiap-tiap tempat, tidak
tersembunyi sesuatupun dari-Nya".

6. Imam Asy-Syafi'iy telah berkata : Artinya
: "Dan sesungguhnya Allah di atas 'Arsy-Nya di atas langit-Nya"

7. Imam Ahmad bin Hambal pernah di tanya : "Allah di atas tujuh langit
diatas 'Arsy-Nya, sedangkan kekuasaan-Nya dan ilmu-Nya berada di tiap-tiap
tempat.? Jawab Imam Ahmad : Artinya :
"Benar ! Allah di atas 'Arsy-Nya dan tidak sesuatupun yang tersembunyi dari
pengetahuan-nya".

8. Imam Ali bin Madini pernah ditanya : "Apa perkataan Ahlul Jannah ?".
Beliau menjawab : Artinya :
"Mereka beriman dengan ru'yah (yakni melihat Allah pada hari kiamat dan di
sorga khusus bagi kaum mu'minin), dan dengan kalam (yakni bahwa Allah
berkata-kata), dan sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla di atas langit di atas
'Arsy-Nya Ia istiwaa".

9. Imam Tirmidzi telah berkata : Artinya
: "Telah berkata ahli ilmu : "Dan Ia (Allah) di atas 'Arsy sebagaimana Ia
telah sifatkan diri-Nya". (Baca : "Al-Uluw oleh Imam Dzahabi yang
diringkas oleh Muhammad Nashiruddin Al-Albani di hal : 137, 140, 179, 188,
189 dan 218. Fatwa Hamawiyyah Kubra oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah hal:
51, 52, 53, 54 dan 57).

10. Telah berkata Imam Ibnu Khuzaimah -Imamnya para imam- : Artinya :
"Barangsiapa yang tidak menetapkan sesungguhnya Allah Ta'ala di atas
'Arsy-Nya Ia istiwaa di atas tujuh langit-Nya, maka ia telah kafir dengan
Tuhannya...". (Riwayat ini shahih dikeluarkan oleh Imam Hakim di kitabnya
Ma'rifah "Ulumul Hadits" hal : 84).

11. Telah berkata Syaikhul Islam Imam Abdul Qadir Jailani -diantara
perkataannya- :
"Tidak boleh mensifatkan-Nya bahwa Ia berada diatas tiap-tiap tempat, bahkan
(wajib) mengatakan : Sesungguhnya Ia di atas langit (yakni) di atas 'Arsy
sebagaimana Ia telah berfirman :"Ar-Rahman di atas 'Arsy Ia istiwaa (Thaha :
5). Dan patutlah memuthlakkan sifat istiwaa tanpa ta'wil sesungguhnya Ia
istiwaa dengan Dzat-Nya di atas 'Arsy. Dan keadaan-Nya di atas 'Arsy telah
tersebut pada tiap-tiap kitab yang. Ia turunkan kepada tiap-tiap Nabi yang
Ia utus tanpa (bertanya):"Bagaimana caranya Allah istiwaa di atas 'Arsy-Nya
?" (Fatwa Hamawiyyah Kubra hal : 87).

Yakni : Kita wajib beriman bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala istiwaa di atas
'Arsy-Nya yang menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala di atas sekalian
mahluk-Nya. Tetapi wajib bagi kita meniadakan pertanyaan : "Bagaimana
caranya Allah istiwaa di atas 'Arsy-Nya ?". Karena yang demikian tidak dapat
kita mengerti sebagaimana telah diterangkan oleh Imam Malik dan lain-lain
Imam. Allah istiwaa sesuai dengan kebesaran-Nya tidak serupa dengan
istiwaanya mahluk sebagaimana kita meniadakan pertanyaan : Bagaimana Dzatnya
Allah ?.

Demikianlah aqidah salaf, salah satunya ialah Imam Abdul Qadir Jailani
yang di Indonesia, di sembah-sembah dijadikan berhala oleh
penyembah-penyembah qubur dan orang-orang bodoh. Kalau sekiranya Imam kita
ini hidup pada zaman kita sekarang ini dan beliau melihat betapa banyaknya
orang-orang yang menyembah dengan meminta-minta kepada beliau dengan
"tawasul", tentu beliau akan mengingkari dengan sangat keras dan berlepas
diri dari qaum musyrikin tersebut. Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji'un
!!.

Kelima

Kesimpulan

Hadits Jariyah (budak perempuan) ini bersama hadits-hadits yang lain yang
sangat banyak dan berpuluh-puluh ayat Al-Qur'an dengan tegas dan terang
menyatakan : "Sesungguhnya Pencipta kita Allah 'Azza wa Jalla di atas langit
yakni di atas 'Arsy-Nya, yang sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya".
Maha Suci Allah dari menyerupai mahluk-Nya.!. Dan Maha Suci Allah dari
ta'wilnya kaum Jahmiyyah yang mengatakan Allah ada dimana-mana tempat !??.


Dapatlah kami simpulkan sebagai berikut :
1. Sesungguhnya bertanya dengan pertanyaan : "Dimana Allah ?, disyariatkan
dan penanya telah mengikuti Rasulullah SAW.

2. Wajib menjawab : "Sesungguhnya Allah di atas langit atau di atas
'Arsy". Karena yang dimaksud di atas langit adalah di atas 'Arsy. Jawaban
ini membuktikan keimanannya sebagai mu'min atau mu'minah. Sebagaimana Nabi
SAW, telah menyatakan keimanan budak perempuan, karena jawabannya : Allah di
atas langit !.

3. Wajib mengi'tiqadkan sesungguhnya Allah di atas langit, yakni di atas
'Arsy-Nya.

4. Barangsiapa yang mengingkari wujud Allah di atas langit, maka
sesungguhnya ia telah kafir.

5. Barangsiapa yang tidak membolehkan bertanya : Dimana Allah ? maka
sesungguhnya ia telah menjadikan dirinya lebih pandai dari Rasulullah SAW,
bahkan lebih pandai dari Allah \Subhanahu wa Ta'ala. Na'udzu billah.

6. Barangsiapa yang tidak menjawab : Sesungguhnya Allah di atas langit,
maka bukanlah ia seorang mukmin atau mukminah.

7. Barangsiapa yang mempunyai iti'qad bahwa bertanya :"Dimana Allah ?"
akan menyerupakan Allah dengan mahluk-nya, maka sesunguhnya ia telah menuduh
Rasulullah SAW jahil/bodoh !. Na'udzu billah !

8. Barangsiapa yang mempunyai iti'qad bahwa Allah berada dimana-mana
tempat, maka sesunguhnya ia telah kafir.

9. Barangsiapa yang tidak mengetahui dimana Tuhannya, maka bukankah ia
penyembah Allah 'Azza wa Jalla, tetapi ia menyembah kepada "sesuatu yang
tidak ada".

10. Ketahuilah ! Bahwa sesunguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala di atas
langit, yakni di atas 'Arsy-Nya di atas sekalian mahluk-Nya, telah setuju
dengan dalil naqli dan aqli serta fitrah manusia. Adapun dalil naqli, telah
datang berpuluh ayat Al-Qur'an dan hadits yang mencapai derajat mutawatir.
Demikian juga keterangan Imam-imam dan Ulama-ulama Islam, bahkan telah
terjadi ijma' diantara mereka kecuali kaum ahlul bid'ah. Sedangkan dalil
aqli yang sederhanapun akan menolak jika dikatakan bahwa Allah berada di
segala tempat !. Adapun fitrah manusia, maka lihatlah jika manusia -baik
muslim atau kafir- berdo'a khususnya apabila mereka terkena musibah, mereka
angkat kepala-kepala mereka ke langit sambil mengucapkan 'Ya ... Tuhan..!.
Manusia dengan fitrahnya mengetahui bahwa penciptanya berada di tempat yang
tinggi, di atas sekalian mahluk-Nya yakni di atas 'Arsy-Nya. Bahkan fitrah
ini terdapat juga pada hewan dan tidak ada yang mengingkari fitrah ini
kecuali orang yang telah rusak fitrahnya.

Tambahan

Sebagian ikhwan telah bertanya kepada saya (Abdul Hakim bin Amir Abdat)
tentang ayat :Artinya :"Dan Dia-lah Allah di langit dan di bumi, Dia
mengetahui rahasia kamu dan yang kamu nyatakan, dan Dia mengetahui apa-apa
yang kamu kerjakan ". (Al-An'am : 3)
Saya jawab : Ahli tafsir telah sepakat sebagaimana dinukil Imam Ibnu
Katsir mengingkari kaum Jahmiyyah yang membawakan ayat ini untuk mengatakan
:
"Innahu Fii Qulli Makaan""Sesungguhnya Ia (Allah) berada di tiap-tiap tempat
!".

Maha Suci Allah dari perkataan kaum Jahmiyyah ini !

Adapun maksud ayat ini ialah :
1. Dialah yang dipanggil (diseru/disebut) Allah di langit dan di bumi.
2. Yakni : Dialah yang disembah dan ditauhidkan (diesakan) dan ditetapkan
bagi-Nya Ilaahiyyah (Ketuhanan) oleh mahluk yang di langit dan mahluk yang
di bumi, kecuali mereka yang kafir dari golongan Jin dan manusia. Ayat
tersebut seperti juga firman Allah Subhanahu wa Ta'ala. Artinya :
"Dan Dia-lah yang di langit (sebagai) Tuhan, dan di bumi (sebagai) Tuhan,
dan Dia Maha Bijaksana (dan) Maha mengetahui". (Az-Zukhruf : 84)
Yakni : Dia-lah Allah Tuhan bagi mahluk yang di langit dan bagi mahluk yang
di bumi dan Ia disembah oleh penghuni keduanya. (baca : Tafsir Ibnu Katsir
Juz 2 hal 123 dan Juz 4 hal 136).

Bukanlah dua ayat di atas maksudnya : Allah ada di langit dan di bumi atau
berada di segala tempat!. Sebagaimana ta'wilnya kaum Jahmiyyah dan yang
sepaham dengan mereka. Atau perkataan orang-orang yang "diam" Tidak tahu
Allah ada di mana !.
Mereka selain telah menyalahi ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits Nabi serta
keterangan para sahabat dan Imam-imam Islam seluruhnya, juga bodoh terhadap
bahasa Arab yang dengan bahasa Arab yang terang Al-Quran ini diturunkan
Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Imam Abu Abdillah Al-Muhasiby dalam keterangan ayat di atas (Az-Zukhruf :
84) menerangkan : "Yakni Tuhan bagi penduduk langit dan Tuhan bagi penduduk
bumi. Dan yang demikian terdapat di dalam bahasa, (umpamanya ) engkau
berkata : "Si Fulan penguasa di (negeri) Khirasan, dan di Balkh, dan di
Samarqand", padahal ia berada di satu tempat". Yakni : Tidak berarti ia
berada di tiga tempat meskipun ia menguasai ketiga negeri tersebut. Kalau
dalam bahasa Indonesia, umpamanya kita berkata "Si Fulan penguasa di
Jakarta, dan penguasa di Bogor, dan penguasa di Bandung". Sedangkan ia
berada di satu tempat.

Bagi Allah ada perumpamaan/misal yang lebih tinggi (baca : Fatwa
Hamawiyyah Kubra hal : 73). Adapun orang yang "diam" (tawaqquf) dengan
mengatakan : "Kami tidak tahu Dzat Allah di atas 'Arsy atau di bumi", mereka
ini adalah orang-orang yang telah memelihara kebodohan !. Allah Rabbul
'Alamin telah sifatkan diri-Nya dengan sifat-sifat ini, yang salah satunya
bahwa Ia istiwaa (bersemayam) di atas 'Arsy-Nya supaya kita mengetahui dan
menetapkannya. Oleh karena itu "diam" darinya dengan ucapan "kita tidak
tahu" nyata telah berpaling dari maksud Allah. Pantaslah kalau Abu Hanifah
mengkafirkan orang yang berfaham demikian, sama seperti orang yang
menta'wilnya.








ALLAH ITU DEKAT

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang "Aku"maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila berdo'a kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka itu beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran ( Al baqarah: 186)

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya dan Kami lebih dekat dari pada urat lehernya (Al Qaaf:16)

Pada ayat yang pertama, Allah menyatakan dirinya " dekat",sedangkan
pada ayat kedua terdapat isim tafdhil ... untuk menjelaskan lebih dari itu ... yaitu "lebih dekat", artinya Tuhan"berada" setelah anda mengetahui hakikat diri, siapa diri ini sebenarnya, yang mana diri ini … dst. Bagaimana kita akan tahu tempat Allah, sedangkan dirikita saja belum faham … man `arafa nafsahu faqad `arafa
rabbahu … barang siapa tahu akan dirinya maka pasti akan tahu Tuhannya". Kalimat
"Aqrabu min hablil warid" … memberikan pengertian bahwaAllah ada diatas hakikat diri manusia bukan didalam hati manusia, juga bukan didalam jiwa manusia. Dia ada didalam dan diluar sekaligus … Dia meliputi segala sesuatu (Al Fushilat: 54)

Jadi untuk memandang Allah atau menyebut namanya jangan keliru melihat kepada bathin manusia yang seolah-olah Allah bersemayam didalam rongga dada manusia … Akan tetapi lebih dari itu….

Pertanyaan anda mengenai wanahnu aqrabu ilaihi min hablil warid, sebenarnya sudah saya bahas dengan gamblang dan luas ... dilihat dari segi bahasa maupun filsafatnya, saya akan kesulitan membahas ini jika hanya sepotong-sepotong, atau dengan kalimat yang sangat singkat

saya takut menjadi fitnah ... jika anda serius tolong anda ulangi lagi membaca artikel yang telah saya posting di forum dzikrullah pada bab Membuka Hijab, disana dijelaskan secara terbuka dan tidak ada
yang dirahasiakan, … disitu dibahas masalah pertanyaan, dimana Allah ? seperti apa dzat Allah itu ? bagaimana kita melihat Allah ? …dst

Kalau masih ada kesulitan berkaitan dengan itu semua, Insya Allah saya bersedia menjelaskan kembali ….

Mengenai thariqah … sah-sah saja, asal tidak menyimpang dari ketentuan Alqur'an dan Al hadist, saya setuju … Yang saya tidak setuju, jika mengatakan yang tidak ikut thariqat tertentu tidak diterima Allah amalnya, karena persoalan sanad (silsilah) ..
Bagaimana jika kita bersandar kepada sumber Alqur'an yangdijamin kebenarannya ?

Mengenai mursyid, ... selama anda tidak menganggap beliau sebagai penghubung roh anda atau wasilah menuju Allah, … boleh saja. Jadikanlah beliau sebagai panutan ... bukan kultus, … sebabbisa-bisa menjadi syirk, jika harus membayangkan sang guru (mursyid) saat hendak berdziklir kepada Allah. Hilangkan, atau nafikan siapa saja
selain Allah … Laa ilaha illallah Muhammadar Rasulullah …Rasulullah hanya sebagai abdi Tuhan, dan sebagai pemberi peringatan, … dan Rasulullah tidak mampu membuka hidayah pamannya sendiri. Nabi Nuh tidak mampu memberi hidayah kepada anaknya yang kafir … dan innaka latahdi man ahbabta … sesungguhnya kamu tidak akan bias memberikan hidayah kepada orang yang kamu cintai sekalipun (Al Qashas: 56),… yang kita bisa hanyalah mendo'akan, bukan membuka jalan menuju
Allah
...
Ihdinash shiraathal mustaqiem … tunjukkan Kami jalan yang lurus… mintalah petunjuk atau hidayah langsung kepada Allah, … seperti hendak shalat, … shalat merupakan thariqah yang sempurna, maka lakukanlah shalat dengan sungguh-sungguh maka anda akan menemui Tuhan dengan selamat … tidak ada keraguan atas thariqah yang satu ini, dan diterima diseluruh kalangan aliran Islam … akan tetapi shalat tidak akan mendapat manfaat apa-apa, jika didalam melakukannya tidak
mengerti ilmunya ... bukan asal shalat …

Saya justru ingin melestarikan thariqah shalat, karena shalat itu mi'rajnya orang mukmin …dan merupakan ajang mujahadah secara langsung tanpa melalui perantara siapa saja … kita berhubungan dengan Allah sendiri-sendiri walaupun kita shalat berjamaah, … inna shalati wanusuki wamah ya ya wa mamati lillahirabbil `alamin …

Saya setuju dengan ilmu tasawuf, … karena tasawuf merupakan jalan rohani yang penting di amalkan … dan tasawuf bukan ajaran baru, akan tetapi tasawuf merupakan kumpulan amalan-amalan sunnah yang ditekuni sampai menghasilkan mukasyafah atau tersingkapnya firman-firman Allah Swt.

Dengan demikian, kalau anda shalat, berarti thariqat kita sama …
mursyidnya adalah Allah, ... karena Dia-lah yang menunjukkan jalan
rohani (Ar Rasyid … ihdinash shiratal mustaqiem …
shirathalladzina
an'amta `alaihim ghairil maghdhubi `alaihi waladhdholin

Saya tidak bermaksud mengatakan thariqah-thariqah itu salah, …
akan
tetapi saya hanya ingin lebih memperhatikan shalat, karena shalat
merupakan jalan yang terbaik dan mudah ketimbang jalan yang lainnya
…. Hanya saja kita kurang serius dan menyadari, bahwa kita
sebenarnya
sedang bertemu dengan Allah dalam shalat …." Jadikanlah sabar
dan
shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh
berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu' yaitu orang-orang
yang
meyakini, bahwa mereka menemui Tuhannya, dan bahwa mereka kembali
kepada-Nya ( Al baqarah :45-46)

Begitulah pendapat saya mengenai thariqah, sekali lagi saya sangat
setuju dengan thariqah yang mu'tabarah sesuai dengan sunnah nabi




CINTA DAN MENCINTAI ALLAH


Definisi Cinta

Imam Ibnu Qayyim mengatakan, "Tidak ada batasan cinta yang lebih jelas daripada kata cinta itu sendiri; memba-tasinya justru hanya akan menambah kabur dan kering maknanya. Maka ba-tasan dan penjelasan cinta tersebut tidak bisa dilukiskan hakikatnya secara jelas, kecuali dengan kata cinta itu sendiri.

Kebanyakan orang hanya membe-rikan penjelasan dalam hal sebab-musabab, konsekuensi, tanda-tanda, penguat-penguat dan buah dari cinta serta hukum-hukumnya. Maka batasan dan gambaran cinta yang mereka berikan berputar pada enam hal di atas walaupun masing-masing berbeda dalam pendefinisiannya, tergantung kepada pengetahuan,kedudukan, keadaan dan penguasaannya terhadap masalah ini. (Madarijus-Salikin 3/11)

Beberapa definisi cinta:

Kecenderungan seluruh hati yang terus-menerus (kepada yang dicintai).

Kesediaan hati menerima segala keinginan orang yang dicintainya.

Kecenderungan sepenuh hati untuk lebih mengutamakan dia daripada diri dan harta sendiri, seia sekata dengannya baik dengan sembunyi-sebunyi maupun terang-terangan, kemudian merasa bahwa kecintaan tersebut masih kurang.

Mengembaranya hati karena men-cari yang dicintai sementara lisan senantiasa menyebut-nyebut namanya.
Menyibukkan diri untuk menge-nang yang dicintainya dan menghinakan diri kepadanya.


PEMBAGIAN CINTA

Cinta ibadah
Ialah kecintaan yang menyebabkan timbulnya perasaan hina kepadaNya dan mengagungkanNya serta bersema-ngatnya hati untuk menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala larangaNya.
Cinta yang demikian merupakan pokok keimanan dan tauhid yang pelakunya akan mendapatkan keutamaan-keutamaan yang tidak terhingga.
Jika ini semua diberikan kepada selain Allah maka dia terjerumus ke dalam cinta yang bermakna syirik, yaitu menyekutukan Allah dalam hal cinta.

Cinta karena Allah
Seperti mencintai sesuatu yang dicintai Allah, baik berupa tempat tertentu, waktu tertentu, orang tertentu, amal perbuatan, ucapan dan yang semisalnya. Cinta yang demikian termasuk cinta dalam rangka mencintai Allah.

Cinta yang sesuai dengan tabi'at (manusiawi),
yang termasuk ke dalam cintai jenis ini ialah:

Kasih-sayang, seperti kasih-sayangnya orang tua kepada anaknya dan sayangnya orang kepada fakir-miskin atau orang sakit.

Cinta yang bermakna segan dan hormat, namun tidak termasuk dalam jenis ibadah, seperti kecintaan seorang anak kepada orang tuanya, murid kepada pengajarnya atau syaikhnya, dan yang semisalnya.

Kecintaan (kesenangan) manusia kepada kebutuhan sehari-hari yang akan membahayakan dirinya kalau tidak dipenuhi, seperti kesenangannya kepada makanan, minuman, nikah, pakaian, persaudaraan serta persahabatan dan yang semisalnya.

Cinta-cinta yang demikian termasuk dalam kategori cinta yang manusiawi yang diperbolehkan. Jika kecintaanya tersebut membantunya untuk mencintai dan mentaati Allah maka kecintaan tersebut termasuk ketaatan kepada Allah, demikian pula sebaliknya.
KEUTAMAAN MENCINTAI ALLAH

Merupakan Pokok dan inti tauhid
Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Sa'dy, "Pokok tauhid dan inti-sarinya ialah ikhlas dan cinta kepada Allah semata. Dan itu merupakan pokok dalam peng- ilah-an dan penyembahan bahkan merupakan hakikat ibadah yang tidak akan sempurna tauhid seseorang kecuali dengan menyempurnakan kecintaan kepada Rabb-nya dan menye-rahkan seluruh unsur-unsur kecintaan kepada-Nya sehingga ia berhukum hanya kepada Allah dengan menjadikan kecintaan kepada hamba mengikuti kecintaan kepada Allah yang dengannya seorang hamba akan mendapatkan kebahagiaan dan ketenteraman. (Al-Qaulus Sadid,hal 110)


Merupakan kebutuhan yang sangat besar melebihi makan, minum, nikah dan sebagainya.
Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah berkata: "Didalam hati manusia ada rasa cinta terhadap sesuatu yang ia sembah dan ia ibadahi ,ini merupakan tonggak untuk tegak dan kokohnya hati seseorang serta baiknya jiwa mereka. Sebagaimana pula mereka juga memiliki rasa cinta terhadap apa yang ia makan, minum, menikah dan lain-lain yang dengan semua ini kehidupan menjadi baik dan lengkap.Dan kebutuhan manusia kepada penuhanan lebih besar daripada kebutuhan akan makan, karena jika manusia tidak makan maka hanya akan merusak jasmaninya, tetapi jika tidak mentuhankan sesuatu maka akan merusak jiwa/ruhnya. (Jami' Ar-Rasail Ibnu Taymiyah 2/230)

Sebagai hiburan ketika tertimpa musibah
Berkata Ibn Qayyim, "Sesungguh-nya orang yang mencintai sesuatu akan mendapatkan lezatnya cinta manakala yang ia cintai itu bisa membuat lupa dari musibah yang menimpanya. Ia tidak merasa bahwa itu semua adalah musibah, walau kebanyakan orang merasakannya sebagai musibah. Bahkan semakin menguatlah kecintaan itu sehingga ia semakin menikmati dan meresapi musibah yang ditimpakan oleh Dzat yang ia cintai. (Madarijus-Salikin 3/38).



Menghalangi dari perbuatan maksiat.
Berkata Ibnu Qayyim (ketika menjelaskan tentang cinta kepada Allah): "Bahwa ia merupakan sebab yang paling kuat untuk bisa bersabar sehingga tidak menyelisihi dan bermaksiat kepada-Nya. Karena sesungguhnya seseorang pasti akan mentaati sesuatu yang dicintainya; dan setiap kali bertambah kekuatan cintanya maka itu berkonsekuensi lebih kuat untuk taat kepada-Nya, tidak me-nyelisihi dan bermaksiat kepada-Nya.

Menyelisihi perintah Allah dan bermaksiat kepada-Nya hanyalah bersumber dari hati yang lemah rasa cintanya kepada Allah.Dan ada perbeda-an antara orang yang tidak bermaksiat karena takut kepada tuannya dengan yang tidak bermaksiat karena mencintainya.

Sampai pada ucapan beliau, "Maka seorang yang tulus dalam cintanya, ia akan merasa diawasi oleh yang dicintainya yang selalu menyertai hati dan raganya.Dan diantara tanda cinta yang tulus ialah ia merasa terus-menerus kehadiran kekasihnya yang mengawasi perbuatannya. (Thariqul Hijratain, hal 449-450)

Cinta kepada Allah akan menghilangkan perasaan was-was.
Berkata Ibnu Qayyim, "Antara cinta dan perasaan was-was terdapat perbe-daan dan pertentangan yang besar sebagaimana perbedaan antara ingat dan lalai, maka cinta yang menghujam di hati akan menghilangkan keragu-raguan terhadap yang dicintainya.
Dan orang yang tulus cintanya dia akan terbebas dari perasaan was-was karena hatinya tersibukkan dengan kehadiran Dzat yang dicintainya tersebut. Dan tidaklah muncul perasaan was-was kecuali terhadap orang yang lalai dan berpaling dari dzikir kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala , dan tidaklah mungkin cinta kepada Allah bersatu dengan sikap was-was. (Madarijus-Salikin 3/38)

Merupakan kesempurnaan nikmat dan puncak kesenangan.
Berkata Ibn Qayyim, "Adapun mencintai Rabb Subhannahu wa Ta'ala maka keadaannya tidaklah sama dengan keadaan mencin-tai selain-Nya karena tidak ada yang paling dicintai hati selain Pencipta dan Pengaturnya; Dialah sesembahannya yang diibadahi, Walinya, Rabb-nya, Pengaturnya, Pemberi rizkinya, yang mematikan dan menghidupkannya. Maka dengan mencintai Allah Subhannahu wa Ta'ala akan menenteramkan hati, menghidupkan ruh, kebaikan bagi jiwa menguatkan hati dan menyinari akal dan menyenangkan pandangan, dan menjadi kayalah batin. Maka tidak ada yang lebih nikmat dan lebih segalanya bagi hati yang bersih, bagi ruh yang baik dan bagi akal yang suci daripada mencintai Allah dan rindu untuk bertemu dengan-Nya.

Kalau hati sudah merasakan manisnya cinta kepada Allah maka hal itu tidak akan terkalahkan dengan mencintai dan menyenangi selain-Nya. Dan setiap kali bertambah kecintaannya maka akan bertambah pula pengham-baan, ketundukan dan ketaatan kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dan membebaskan diri dari penghambaan, ketundukan ketaatan kepada selain-Nya."(Ighatsatul-Lahfan, hal 567)

ORANG-ORANG YANG DICINTAI ALLAH Subhannahu wa Ta'ala

Allah Subhannahu wa Ta'ala mencintai dan dicintai. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman di dalam surat Al-Ma'idah: 54, yang artinya: "Maka Allah akan mendatangkan satu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai Allah."

Mereka yang dicintai Allah Subhannahu wa Ta'ala :

Attawabun (orang-orang yang bertau-bat), Al-Mutathahhirun (suka bersuci), Al-Muttaqun (bertaqwa), Al-Muhsinun (suka berbuat baik) Shabirun (bersa-bar), Al-Mutawakkilun (bertawakal ke-pada Allah) Al-Muqsithun (berbuat adil).

Orang-orang yang berperang di jalan Allah dalam satu barisan seakan-akan mereka satu bangunan yang kokoh.

Orang yang berkasih-sayang, lembut kepada orang mukmin.

Orang yang menampakkan izzah/kehormatan diri kaum muslimin di hadapan orang-orang kafir.

Orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) di jalan Allah.

Orang yang tidak takut dicela manusia karena beramal dengan sunnah.

Orang yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah sunnah setelah menyelesaikan ibadah wajib.

SEBAB-SEBAB UNTUK MENDAPATKAN CINTA ALLAH Subhannahu wa Ta'ala

Membaca Al-Qur'an dengan memikir-kan dan memahami maknanya.

Berusaha mendekatkan diri kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dengan ibadah sunnah setelah menyelesaikan ibadah yang wajib.

Selalu mengingat Allah Subhannahu wa Ta'ala , baik de-ngan lisan, hati maupun dengan anggota badan dalam setiap keadaan.

Lebih mengutamakan untuk mencintai Allah Subhannahu wa Ta'ala daripada dirinya ketika hawa nafsunya menguasai dirinya.

Memahami dan mendalami dengan hati tentang nama dan sifat-sifat Allah.

Melihat kebaikan dan nikmatNya baik yang lahir maupun yang batin.

Merasakan kehinaan dan kerendahan hati di hadapan Allah.

Beribadah kepada Allah pada waktu sepertiga malam terakhir (di saat Allah turun ke langit dunia) untuk bermunajat kepadaNya, membaca Al-Qur'an , merenung dengan hati serta mempelajari adab dalam beribadah di hadapan Allah kemudian ditutup dengan istighfar dan taubat.

Duduk dengan orang-orang yang memiliki kecintaan yang tulus kepada Allah dari para ulama dan da'i, mendengar-kan dan mengambil nasihat mereka serta tidak berbicara kecuali pembica-raan yang baik.

Menjauhi/menghilangkan hal-hal yang menghalangi hati dari mengingat Allah Subhannahu wa Ta'ala .




























Hakikat Cinta

Manusia wajib mencintai Allah, Rasulnya dan mencintai segala hal yang disenangi oleh Allah dan Rasul-nya, serta mencintai para wali-nya dan ahlu tha'at.

Bila cinta itu benar , pasti akan nampak pengaruhnya pada anggota tubuh. Anda akan melihat seseorang yang benar-benar mentaati Allah dan mengikuti Rasul-Nya shalallau 'alaihi wasallam maka ia akan beribadah dengan betul kepada Allah, merasa nikmat dan bersegera mengerjakan segala sesuatu yang disenangi Allah, baik berupa perkataan ataupun perbuatan. Dan anda akan melihatnya bersikap hati-hati agar tidak bernuat maksiat dan segera menjauhi apabila bertemu maksiat dan segera menjauhinya (bila bertemu kemaksiatan). Bahkan ia akan membenci dan marah terhadap orang yang berbuat maksiat.

Dan tanda kesempurnaan tauhid seseorang ada dalam perasaan Cinta karena Allah dan benci karena Allah melihat karena Allah, menahan (tidak memberi) karena Allah dan Allah sebagai satu-satunya Illah yang berhak disembah.
Siapa yang mengaku cinta kepada Allah dan tidak merasa seirama dengan-Nya itu adalah tidak benar. Allah mensyaratkan alamat(tanda) cinta kepada Allah adalah mengikuti (ittiba) kepada nabi Muhammad shalallau 'alaihi wasallam, sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya: Katakanlah (Muhammad) jika kamu sekalian mencintaai Allah, maka ikutilah aku niscaya Allah akan cinta kepadamu dan akan mengampuni dosa-dosa kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang.(Ali Imran: 31).

Tanda cinta seorang hamba kepada Allah adalah:

1). Al-Qashdu (Tujuan), yaitu menjadikan tujuan hidup hanya untuk Allah.

2). At-Ta'dzim (Mengagungkan) Allah. Sebagaimana dalam firman-Nya Dan orang-orang yang beriman lebih besar dintanya kepada Allah. (Al-Baqarah: 165).

3). Al-Khauf dan Raja' (Takut dan Berharap) hanya kepada Allah. Abu Laits As-Samargandi mengatakan khauf kepada Allah akan nampak pada tujuh anggota badan seseorang ;
a. Lisan, ia akan berpuasa dari ucapan dusta, ghibah, dan ucapan yang sia-sia, ia akan mengunakan untuk berzikir, membaca Al-Qur'an dan belajar ilmu

b. Perutnya, ia tidak akan berani untuk mengisinya dengan barang-barang haram atau cara-cara haram

c. Matanya tidak akan memandang yang haram, tidak mau melihatnya karena ingin memiliki, melainkan untuk mengambil pelajaran dari padanya (begitu pula dengan telinganya)

d. Tanganya, ia tidak akan mengulurkan tangan untuk menjamah apa-apa yang bukan haknya.

e.Kedua kakinya, tidak akan berani melangkah untuk bermaksiat kepada penciptanya.

f. Hatinya, ia akan mengusir rasa benci , hasud dan dendam dari padanya, yang dia rawat hanyalah rasa kasih sayang, dan cinta kepada kebenaran.

g. Ketaatan, ia akan selalu berjuang untuk menjadikan ikhlas karena Allah

4). At-Taqwa

Yaitu takut kepada kemungkaran Allah ta'ala dan siksaan-Nya dengan meninggalkan syirik dan berbuat maksiat, mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah semata dan mentaati seluruh apa yang telah Allah syariatkan.

Apabila di dalam hati ada mahabbah (cinta) kepada Allah tentu akan membawa seorang mukmin menerima beban dari kecintaan ini dan konsekuensi ibadah, diantaranya jihad melawan musuh Allah, membenci dan meninggalkan musuh Allah dan bersabar dalam derita di jalan Allah.

Orang-orang yang melaksanakan perintah Allah, mereka inilah yang dicintai dan dibela Allah serta yang menjadi walinya. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang dijalan-Nya dengan berbaris seakan-akan merupakan bangunan yang tersusun. (As-Shaf: 4)

Diantara lawazim (tuntutan) cinta kepada Allah itu ittiba' (mengikuti) Rasulullah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: Ittiba' sunnah Rasulullah dan ittiba' syari'atnya dalam bathin dan dzahir merupakan kewajiban yang kedudukannya dibawah cinta kepada Allah. Sedangkan jihad dijalan-Nya, wala' (loyalitas) kepada para wali-Nya dan bara' (dibaca barok;artinya memusuhi atau membenci) terhadap musuh-musuh-Nya merupakan hakekat cinta kepada-Nya.

Adapun kewajiban umat terhadap Nabi Muhammad shalallau 'alaihi wasallam adalah:

1). Beriman kepada Nabi shalallau 'alaihi wasallam.

Allah memerintahkan beriman kepada Nabi shalallau 'alaihi wasallam sebagaimana memerintahkan beriman kepada-Nya, malaikat-Nya, dan kitab-kitab-Nya, hari akhir, taqdir-Nya dan Allah menyertakan pula dosa dan azab bagi siapa-siapa yang mengingkari. Allah ta'ala berfirman yang artiya:
Wahai oraang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kitab-kitab –Nya yang diturunkan kepada rasul-Nya dan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan siapa yang ingkar(kafir) kepada Allah, Malaikat-malaikat dan Rasul-Nya dan hari Akhir maka sesat dalam dalam kesesatan yang jauh. (An-Nisa:136).

Anjuran untuk beriman kepada Rasul shalallau 'alaihi wasallam terdapat pula pada surat Al-Hadid ayat 28, At-Thaghabun ayat 8 , Al-A'raf ayat 158 dan dalam ayat-ayat yang senada lainnya.

2). Mentaati Rasulullah shalallau 'alaihi wasallam dan tidak bermaksiat kepadanya.

Ketaatan kepada beliau merupakan tanda iman kepada-Nya, dengan taat kepada beliau berarti taat terhadap segala apa yang telah di sampaikan Allah ta'ala. Perintah Allah untuk taat kepada Rasul dalam Al-Qur'an banyak sekali didapati diantaranya adalah firman Allah ta'ala yang artinya :

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Al-Qur'an dan taatilah Rasul-(Nya) dan ulil amri diantara kamu.(An-Nisa'':59)

Dan firman-Nya yang artinya:
Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada rasul(Nya) dan berhati-hatilah jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul kami, hanyalah menyampaikan (amanat) dengan terang.(Al-Maidah:92).

Dan dalam surat lain seperti pada surat An-Nur ayat 54, Al-Hasyr ayat 7, An-Nur ayat 56, Al-Ahzab ayat 71.

Dan dalam hadist shahih dari Abu Hurairah Radiyallahu''anhu, Rasulullah shalallau 'alaihi wasallam bersabda yang artinya: Siapa yang mentaati saya berarti dia mentaati Allah dan siapa yang durhaka kepada kepada saya berarti dia durhaka kepada Allah.(Hadist Bukhari No.7137).

Al-Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radiyallahu' anhu, bersabda Rasulullah shalallau 'alaihi wasallam yang artinya :
Semua manusia akan masuk surga kecuali siapa yang enggan itu, Rasulullah menjawab,siapa yang taat kepadaku masuk surga dan siapa yang durhaka kepadaku itulah yang enggan. (Shahih Bukhari no.7280).

Ittiba'(mengikuti) dan mencontoh sunah Nabi shalallau 'alaihi wasallam , maka Allah menjanjikan hidayah dan maghfirah kepada orang yang ittiba dan mencontoh sunnahnya, hal ini merupakan tanda cinta terhadap Allah ta'ala yang artinya Dan ikutlah dia agar kamu sekalian mendapat petunjuk.(Al-A'raf 58).

Mahabbatun Nabi shalallau 'alaihi wasallam (mencintainya) yakni harus zhahir maupun bathin. Bahkan harus mendahulukan nabi yang lainnya dalam segala hal.

Dalam hadist shahih dari Anas radhiyallahu'anhu. dia berkata, bersabda Rasulullah yang artinya:Tidaklah beriman seseorang dari kamu sehingga saya dicintai daripada anaknya, orangtuanya dan manusia kesemuanya.(Bukhari no.15 dan Muslim II no.15).

3). Menghormati Nabi shalallau 'alaihi wasallam mengagungkannya dan mengutamakannya. Allah melarang mendahulukan pendapat dan pandangan dihadapan Rasulullah yang bertentangan dengan apa yang dibawa olehnya. Juga melarang mengangkat atau meninggikan suara di hadapannya tanpa alasan. Allah berfirman yang artinya:

Jangganlah kamu jadikan panggilan Rasulullah sebagai mana panggilan kamu kepada sebagian kamu yang lain.(An-Nur 63).

4). Kewajiban bertahkim kepada Nabi shalallau ''alaihi wasallam dan rela terhadap hukumnya serta tidak melawan.

Sebagaimana firman Allah :
Maka jika kamu berselisih pada satu perkara, kembalikanlah kepada Allah dan Rasulullah.(An-Nisa:59).

5). Tidak berlebih-lebihan dan menggurangi hak Rasul shalallau ''alaihi wasallam

Allah berfirman yang artinya :Katakanlah, Maha suci tuhanku, bukanlah saya hanyalah seorang manusia yang diutus. (Al-Isra'' 93).

Demikianlah gambaran cinta yang hakiki, yaitu cinta yang akan membuahkan hasil kenikmatan yang sempurna, kenikmatan bertemu dengan kekasih sejati di alam akhirat, alam kehidupan yang penuh arti. Semoga diri kita termasuk orang yang memiliki cinta sejati.






Hakikat Cinta Dan Benci

Cinta (al-mahabbah) dan benci (al-karâhah), merupakan fitrah emosional yang dianugerahkan Allah SWT pada seluruh manusia. Bagi seorang Muslim, cinta dan benci itu harus berdasarkan proporsionalisasi syarî’at. Karena, bisa jadi, apa yang kita cintai itu justru sesuatu yang buruk, dan sebaliknya membenci sesuatu yang sebetulnya baik buat kita (Qs.2:216). Jika tidak demikian, betapa banyak orang yang akan menjadi korban akibat tidak tahu menempatkan arti cinta dan benci ini.

Dalam Islam, cinta seseorang haruslah berlandaskan kepengikutan (ittiba’) dan ketaatan. Sebagaimana firman-Nya, "Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku (Rasulullah), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu" (Qs.3:31-32).

Salah satu cinta yang diajarkan Rasulullah SAW. diantaranya adalah, mencintai dan mengasihi sesama. Kecintaan ini, sebagaimana pernah dicontohkan beliau, tak pernah dibedakan antara Muslim dan non-Muslim. Bahkan, tidak dibenarkan jika kita tidak berbuat adil kepada suatu kaum misalnya, hanya karena benci kepada mereka (Qs.5:8).

Ajaran cinta Islami yang mesti disemaikan bukanlah sebatas sesama Muslim. Tetapi justru sesama manusia dan sesama makhluk. Rasulullah SAW. bersabda, "Hakikat seorang Muslim adalah, mencintai Allah dan Rasul-nya, sesamanya, serta tetangganya, melebihi atau sebagaimana ia cinta kepada dirinya sendiri" (HR. Imâm Bukhârî).

Kecintaan yang terekspresikan akan menjadi amal saleh buat pelakunya. Maka dari itu, kecintaan maupun kebaikan, meskipun baru tersirat dalam hati dan belum terlaksana, tetap akan mendapat pahala di sisi Allah. Sebaliknya, kebencian yang tersimpan dalam lubuk hati di samping sebuah kewajaran, juga tidak dicatat sebagai keburukan, hingga niatnya itu betul-betul dilakukan (al-Hadits).

Ekspresi sebuah kebencian tak lain sikap hasud yang dilarang Islam. Hasad adalah iri dan bersikap dengki terhadap orang atau kelompok lain, bahkan sebisa mungkin, berupaya menjatuhkan dan menghilangkan semua kepemilikan seseorang yang dianggap lawannya itu. Dari sini hasud berubah wujud menjadi hasutan, bagaimana merekayasa isu dan gosip tanpa fakta untuk turut meyakinkan orang lain, agar sama-sama membenci bahkan menganiaya orang atau kelompok tertentu.

Benci yang hasud seperti di atas dilarang Rasulullah SAW, sabdanya, "Jauhilah oleh kalian sikap hasud, karena hasud itu niscaya akan memakan amal kebaikanmu layaknya api menghanguskan kayu bakar" (HR. Abû Dâwûd).

Wajah seorang muhâsid (pelaku hasud) tak lain seorang provokator yang senang mengadu-domba antarsesama, menabur fitnah, serta wujud dari kerja sama dalam menebar dosa (al-itsm) dan permusuhan (al-‘udwân). Mereka diancam Nabi SAW. tidak akan masuk surga, karena mencoba memutuskan pertalian kasih dan sayang antarsesama manusia (HR. Bukhârî-Muslim).

Dalam konteks Islam, shilat-u ar-rahmi (shilah, menghubungkan; dan rahmi, berasal dari rahim yang sama) merupakan keharusan menyemaikan perdamaian dan keharmonisan hidup antarinsan. Inilah inti rahmat-an lil-‘âlamîn; mencintai dan membenci karena Allah akan mendatangkan rahmat, sebaliknya, jika sesuai seleranya sendiri, terancam kepedihan azab-Nya. Dalam arti, tidak turunnya rahmat dan bertaburnya benih-benih perpecahan dan perselisihan (Bulûghu ‘l-Marâm, 2000; 496).*

Agar kecintaan tumbuh dan bersemai dalam diri setiap insan, Rasulullah mengajarkan, "Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam (kedamaian), berilah makan orang yang membutuhkan, sambungkanlah tali persaudaraan, dan shalatlah Tahajjud pada sepertiga malam (introspeksi), niscaya kamu akan masuk surga dengan damai" (HR. Imâm Tirmidzî).

Demikian sebaik-baik kecintaan dalam Islam. Kedamaian ditebarkan untuk dan kepada siapa pun. Seorang muslim sejati ialah apabila, orang lain selamat dari ulah lisan, tangan, maupun kewenangannya (Fath-u al-Bârî I; 76-86).


Dari Anas ra. Allah berfirman, Rasulullah Saw. bersabda, "Barangsiapa yang menahan amarahnya, maka Allah akan menahan azab-Nya" (HR. Thabrânî, Bulûghu ‘l-Marâm, Ibnu Hajar al-‘Asqalânî, Dâr-u Ibn-u Hazm: 2000, hal. 496).















HAKIKAT DUA KALIMAH SYAHADAH
Ahli Makrifat itu tidak mempunyai makrifat jika ia tidak mengenal Allah dari segala sudut dan dari segala arah mana saja ia menghadap. Ahli Hakikat hanya ada satu arah iaitu ke arah Yang Hakiki itu sendiri.

"Ke mana saja kamu memandang, di situ ada Wajah Allah" (Al-Qur-an)

"Ke mana saja kamu memandang", sama ada dengan deria atau akal atau khayalan, maka di situ ada Wajah Allah". Oleh itu dalam tiap-tiap ain [di mana] ada ain (Zat Ilahi) dan semuanya adalah "La ilaha illalLah" (Tiada Tuhan Melainkan Allah).

Dalam "La ilaha illalLah" semua wujud ada terkandung, iaitu Wujud Semesta Raya dan Wujud secara khusus; atau Wujud atau apa yang dianggap Wujud; atau wujud Hakiki dan Wujud makhluk.

Wujud makhluk tertakluk kepada kepada "La ilaha" yang bererti bahawa segala-galanya kecuali Allah adalah kosong (batil), iaitu dinafikan bukan diisbatkan. Wujud Hakiki termasuk dalam "illaLlah". Oleh itu semua kejahatan tertakluk di bawah "La ilaha" dan semua yang dipuji tertakluk di bawah "illaLlah".

Semua wujud terkandung dalam mengisbatkan Keesaan (La ilaha illaLlah) dan anda mesti memasukkkannya juga dalam menamakan hamba yang paling mulia (dalam mengatakan Muhammadun RasuluLlah).

"Muhammadun RasuluLlah" ini mengandungi tiga alam.
> Muhammad itu menunjukkan Alam Nyata(Alam Nasut); iaitu alam yang boleh dipandang dengan deria (senses).
> Rasul itu menunjukkan Alam Perintah (Alam Malakut); iaitu Alam batin berkenaan rahsia-rahsia tanggapan yang mujarad; dan ini terletak antara yang muhaddas dengan Yang Qadim.
> Nama Ilahi(Allah) itu menunjukkan Alam Pertuanan (Alam Jabarut). Lautan darinya terpancar pengertian dan tanggapan.
"Rasul" itu sebenarnya pengantara yang muhaddas dengan Yang Qadim; kerana tanpa dia tidak akan ada wujud, kerana jika yang muhaddas bertemu dengan yang Qadim, maka binasalah yang muhaddas dan tinggallah Yang Qadim.

Apabila Rasul diletakkan pada tempatnya yang wajar pada kedua itu, maka barulah alam ini diperintahkan, kerana pada zhohirnya ia adalah hanyalah seketul tanah liat, tetapi batinnya ia adalah khalifah Allah.

Pendeknya, maksud mengisbatkan Tauhid itu tidaklah sempurna dan tidaklah meliputi tanpa diisbatkan Keesaan atau Tauhid Zat, Sifat dan Lakuan. Pengisbatan itu difahami dari "Muhammadun RasuluLlah".

Apabila seorang ahli Makrifat berkata "La-ilaha illaLlah" maka ia ketahui pada hakikatnya bukan hanya pada majazi sahaja, iaitu tidak ada jalan lain melainkan Allah. Oleh itu wahai saudaraku, janganlah hanya mengucapkan dengan mulut saja syahadah yang mulia ini, kerana dengan itu mulut sajalah yang akan mendapat manfaatnya. Dan ini bukanlah matlamat yang hendak dituju. Yang pentingnya ialah Mengenal Allah sebagaimana Ia sebenarnya.

"Allah itu dahulu seperti Ia sekarang jua tanpa sekutu, dan Ia sekarang seperti Ia dahulu jua".

Fahamilah ini, dan anda tidak akan dibebankan lagi dengan penafian, dan tidak ada yang tinggal bagi anda lagi melainkan pengisbatan agar apabila anda berkata anda akan berkata; "Allah, Allah, Allah". Tetapi kini hati anda dibebankan dan pandangannya lemah. Semenjak anda dijadikan anda hanya berkata; La-ilaha........ tetapi bilakah penafian itu akan berkesan?. Bahkan ia tidak berkesan kerana penafian itu hanya dengan lidah sahaja. Jika anda nafikan dengan Akal iaitu dengan Hati anda dan rahsia anda yang paling dalam, maka seluruh alam ini akan lenyap dari pandangan anda dan anda akan lihat Allah sendiri, bukannya diri anda sendiri dan juga makhluk-makhluk lain. Kaum Sufi menafikan wujud yang lain kecuali Allah. Maka mereka mencapai kedamaian dan kerehatan dan terus memasuki KalamNya. Mereka tidak akan keluar lagi. Tetapi penafian anda tidak ada langsung hujungnya............

Ghirullah(selain Allah) tidak akan lenyap dengan hanya mengatakan "tidak" dengan lidah sahaja; dan belum sempurna juga lagi dengan mata keimanan dan keyakinan, tetapi akan lenyap dengan pandangan secara langsung dan berhadapan muka.

"Sesungguhnya Allah itulah matlamat anda yang terakhir" (Al-Qur'an).

Dialah sumber segala-galanya. Maka anda tidak perlu lagi nafi dan tidak perlu isbat. Ini adalah kerana Yang Wajib itu telah memangnya isbat walaupun belum anda isbatkan, dan yang ghairullah itu sememangnya nafi walaupun sebelum anda nafikan.

Tidakkah anda ingin menemui guru yang dapat mengajar anda bagaimana menafikan ghairullah dan membawa anda kepada kedamaian di mana anda dapati tidak ada yang lain kecuali Allah?. Maka barulah anda hidup dengan Allah dan dapat menjadi penghuni "Dalam tempat tinggal orang-orang yang ikhlas di Majlis Tuhan Yang Maha Agung", dan ini adalah semuanya hasil daripada ingat anda dan makrifat anda bahawa "Tiada Tuhan selain Allah".

Anda tahu kata-kata Syahadah itu sahaja dan yang paling dalam yang anda tahu ialah berkata; "Tidak ada yang patut disembah melainkan Allah". Ini adalah pengetahuan orang-orang awam(biasa) tetapi apakah kaitannya dengan pengetahuan atau ilmu orang-orang Sufi?.

Pengetahuan anda yang sekarang itulah yang menghalang anda memahami pengetahuan orang-orang pilihan(Sufi). Masihkan anda menafikan pengetahuan yang didapati dari bimbingan guru menuju Hakikat, padahal mereka yang dipimpin itu memandang tidak yang wujud kecuali Allah? Mereka bukan sahaja mengenal Allah dengan Iman dan keyakinan saja, tetapi mereka memandang dengan cara pandangan yang terus tanpa halangan. Omong kosong tidak sama dengan melihat, bertemu





Syarat Syahadatain

Bersaksi dengan laa ilaaha illallah harus dengan tujuh syarat. Tanpa syarat-syarat itu syahadat tidak akan bermanfaat bagi yang mengucapkannya. Secara global tujuh syarat itu adalah:

1. Ilmu, yang menafikan jahl (kobodohan)

2. Yaqin, yang menafikan syak (keraguan)

3. Qobul (menerima), yang menafikan radd (penolakan).

4. Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan).

5. Ikhlas, yang menafikan syirik.

6. Shidiq(jujur), yang menafikan kadzib (dusta)

7. Mahabbah, (kecintaan), yang menafikan baghdha’i (kebencian)

Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

Syarat pertama: ‘Ilmu (Mengetahui).

Artinya memahami makna dan maksudnya. Memahami apa yang ditiadakan dan apa yang di tetapkan, yang menafikan ketidak tahuannya dengan hal tersebut.

Allah berfirman:

“….Kecuali orang yang mengakui yang haq (tauhid) dan mereka yang mengetahui(nya).” (Az-Zukhruf:86).

Maksudnya orang yang bersaksi dengan laa ilaaha illallah, dan memahami dengan hatinya apa yang di ikrarkan oleh lisannya, seandainya ia mengucapkannya, teapi tidak mengerti apa maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna.



Syarat kedua: Yakin

Orang yang mengikrarkannya harus meyakini kandungan syahadat itu. Manakala ia meragukannya maka sia-sia belaka persaksian itu.

Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RosulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu...”(Al-Hujurat:15).

Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik. Nabi shalallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Siapa yang engkau tamui dibalik tembok (kebun) ini, yang menyaksikan bahwa tiada ilah selain Allah dengan hati yang meyakininya, maka berilah kabar gembira dengan (balasan) syurga.” (HR. Al-Bukhari).

Maka siapa yang hatinya tidak meyakininya, ia tidak berhak masuk Surga.

Syarat Ketiga: Qobul (menerima)

Menerima kandungan dan konsekuensi dari syahadat; menyembah Allah semata dan meninggaikan ibadah kepada selain Allah.

Siapa yang mengucapkan, tetapi tidak menerima dan menta’ati, maka ia termasuk orang-orang yang difirmankan Allah:
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka, ‘laa ilaaha illallah’ (tiada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. Dan mereka berkata: ‘Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena penyair gila?” (Ash-Shaffat: 35-36).

Ini seperti halnya penyembah kuburan dewasa ini. Mereka mengikrarkan laa ilaaha illallah, tetapi tidak mau meninggalkan penyembahan terhadap kuburan.

Sesungguhnya Allah melarang mendekati zina, begitu pula larangan terhadap mendekati ke syirikan tentunya lebih keras lagi.

Syarat Keempat: Inqiyad (Tunduk dan Patuh Dengan Kandungan Makna Syahadatain)

Allah berfirman:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah, sedangkan dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh.” (Luqman:22).

Al-‘urwatul-wutsqa adalah laa ilaaha illallah. Dan makna yuslim wajhahu adalah yanqadu (patuh, pasrah).

Syarat kelima: shidq (jujur)

Yaitu mengucapkan kalimat ini dan hatinya juga membenarkannya. Manakala lisannya mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan, maka ia adalah munafiq dan pendusta.

Allah berfirman:
“Diantara manusia ada yang mengatakan, ‘ Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian’, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedangkan mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Al-Baqarah: 8-10).

Syarat Keenam: Ikhlas

Yaitu membersihkan amal dari segala debu-debu syirik, dengan jalan tidak mengucapkannya karena menginginkan isi dunia, riya’ atau sum’ah. Dalam hadits ‘Itban, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas Neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah karena menginginkan ridha Allah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Syarat ketujuh: Mahabbah (kecintaan)

Maksudnya mencintai kalimat ini serta isinya, juga mencintai orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya.

Allah berfirman:
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cintanya kepada Allah….”(Al-Baqarah: 165).

Maka Ahli tauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih. Sedangkan ahli syirik mencintai Allah dan mencintai yang lainnya. Hal ini sangat bertentangan dengan isi kandungan laa ilaaha illallah











Syarat syahadat Wa asyhadu anna
muhammadarrasulullah

* mengakui kerasulannya dan meyakininya didalam hati.
mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan.

* mengikutinya dengan mengamalkan ajaran kebenaran yang telah dibawanya serta meninggalkan kebatilan yang telah dicegahnya.

* membenarkan segala apa yang dikabarkan dari hal-hal yang ghaib, baik yang sudah lewat maupun yang akan datang.

* mencintainya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, harta, anak, orang tua serta seluruh umat manusia.

* mendahulukan sabdanya atas segala pendapat dan ucapan orang lain serta mengamalkan sunnahnya.



Makna Dan Rukun Syahadatain

Makna syahadat Laa ilaaha ilallah Yaitu beri'tikad dan berikrar bahwasannya tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah Subhanahu wa ta'ala, Menta''ati hal tersebut dan mengamalkannya.

Laa ilaha = menafikan (menolak) hak penyembahan dari yang selain Allah, siapapun dia. Illallah adalah penetapan hak Allah semata untuk disembah.

Jadi makna kalimat ini secara ijmal (global) adalah, Tidak ada sesembahan yang hak selain Allah. Khabar harus ditaqdirkan (yang hak), tidak boleh ditaqdirkan dengan (ada). Karena ini menyalahi kenyataan yang ada, sebab tuhan yang disembah selain Allah banyak sekali. Hal itu akan berarti bahwa menyembah tuhan-tuhan tersebut adalah ibadah pula untuk Allah. Ini tentunya kebatilan yang nyata.

Kalimat Laa ilaaha ilallah telah ditafsirkan dengan beberapa penafsiran yang batil, antara lain:
- artinya: Tidak ada sesembahan kecuali Allah. Ini adalah batil, karena maknanya: Sesungguhnya setiap yang disembah, baik yang hak maupun yang batil, itu adalah Allah.
- artinya: Tidak ada pencipta selain Allah. Ini adalah sebagian dari arti kalimat tersebut. Akan tetapi bukan ini yang dimaksud, karena arti ini hanya mengakuui tauhid rububiyah saja, dan itu belum cukup.
- artinya: Tidak ada hakim (penentu hukum) selain Allah. Ini juga sebagian dari makna kalimat Laa ilaaha ilallah Tetapi bukan itu yang dimaksud, karena makna tersebut belum cukup.

Semua tafsiran diatas adalah batil atau kurang. Kami peringatkan disini karena tafsir-tafsir itu adalaah dalam kitab-kitab yang banyak beredar. Sedangkan tafsir yang benar menurut salaf dan para muhaqqiq (ulama peneliti) Laa ilaaha ilallah (tidak ada sesembahan yang hak selain Allah) seperti tersebut diatas.


Makna syahadatain
Muhammadar Rasulullah

Yaitu mengakui secara lahir bahwa beliau adalah hamba Allah dan RosulNya yang diutus kepada manusia secara keseluruhan, serta mengamalkan konsekuensinya; menta''ati perintahnya, membenarkan ucapannya, menjauhi larangannya, dan tidak menyembah Allah kecuali dengan apa-apa yang disyari'atkan.


Rukun syahadatain

* Laa ilaaha illallah mempunyai dua rukun:

1. An-Nafyu atau peniadaan: Laa ilaaha, membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Allah.

2. Al-Itsbat (penetapan): ilallah menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya.

Makna kedua rukun ini banyak disebut dalam ayat Al-Quran, seperti firman Allah:
Karena itu barang siapa yang ingkar kepada thaghhu dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul-buhul tali yang amat kuat……. (Al-Baqarah:256)

Firman Allah, siapa yang ingkar kepada thaghut itu adalah makna dari rukun yang pertama. Sedangkan firman Allah dan beriman kepada Allah adalah makna dari rukun kedua. Begitu pula firman Allah kepada Nabi Ibrahim alaihis-salam:
sesungguhnya aku berlepas diri terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku………..(Az-Zukhruf: 26-27).

* Muhammadar Rasulullah juga mempunyai dua rukun,

yaitu kalimat abdullah wa rasuluhu (hamba dan utusaanNya).
Dua rukun ini menafikan ifrath (berlebih-lebihan) dan tafrith (meremehkan) pada haq Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. Beliau adalah hamba dan rasulNya. Beliau adalah mahkluk yang paling sempurna dalam dua sifat yang mulia ini.

Abduhu disini artinya hamba yang menyembah. Maksudnya beliau adaalah manusia yang diciptakan dari bahan yang sama dengan ciptaan manusia yang lain. Sebagaiman firman Allah:
Katakanlah aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu…(Al-Kahfi: 110)
Beliau hanya memberikan haq ubudiyah kepada Allah dengan sebenar-benarnya, dan karenanya Allah memujinya:
Bukankah Allah cukupkan untuk meliindungi hambaNya. (Az-Zumar: 36)
Segala pujii bagi Allah yang telah menurunkan kepada hambaNya Al-Kitab (Al-Qur'an)………(Al-Kahfi: 1).

Sedangkan Rosul artinya, orang yang diutus kepada seluruh manusia dengan misi dakwah kepada seluruh manusia dengan misi dakwah kepada Allah sebagai basyir (pemberi kabar gembira) dan nadzir (pemberi peringatan).

Persaksian untuk Rosulullah shalallahu 'alaihi waa sallam dengan dua sifat ini meniadakan ifrath dan tafrith padaa hak Rosulullah. Karena banyak orang yang mengaku umatnya lalu melebihkan haq nya atau mengkultuskannya hingga mengangkatnya diatas martabat sebagai hamba sehingga kepada martabat ibadah (penyembahan) untuknya selain dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Mereka ber-istighasah (meminta pertolongan)kepada beliau, meminta syafaat al udzma kepada beliau. Juga meminta kepada beliau apa yang tidak sanggup melakukannya selain Allah, seperti memenuhi hajat dan menghilangkan kesulitan.

Tetapi di pihak lain sebagian orang mengingkari kerosulannya atau mengurangi haknya, sehingga ia bergantung kepada pendapat-pendapat yang menyalahi ajarannya, serta memaksakan diri dalam mena'wilkan hadits-hadits dan hukum-hukumnya.

Makna syahadat kedua
Muhammadar Rasulullah

1. Membenarkan bahwasanya beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah benar utusan dari Allah Subhanahu wa ta’alla. Ini merupakan landasan utama kita dalam berpijak, sebelum kita melangkah selanjutnya, yakni membenarkan bahwasannya beliau Shalallahu ''alaihi wa sallam adalah benar utusan dari Allah Subhanahu wa ta’alla, Ashshaadiqul Mashduq ‘seorang yang benar lagi dibenarkan’ jika yang pertama ini kita batalkan langkah selanjutnya hanyalah kesia-sian dan kebinasaan belaka.

2. Membenarkan apa-apa yang datang dari beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam tanpa reserve jika haditsnya jelas keshahihannya. Apapun yang datang dari beliau baik itu sifatnya khabar, perbuatan dan sebagainya dan jelas-jelas shahih (otentik/valid) menurut kaidah ilmiyah maka wajib kita imani dan benarkan, karena itu adalah wahyu dari Allah Subhanahu wa ta’alla, kebenaran yang mutlak, jangan kita menolak karena tidak sesuai dengan akal logika berfikir kita yang lemah yang tidak mampu mencernanya atau pun perasaan kita yang serba labil dan subjektif. Jika ada wahyu yang bertentangan dengan akal kita maka sebaiknya kita periksa akal kita ini jangan-jangan ada kerusakan.

3. Mengerjakan apa-apa yang beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan. Apa-apa yang beliau perintahkan atau disunnahkan maka jawaban kita adalah sami’naa wa atha’naa mengerjakan perintah beliau semampu kita, biar sedikit akan tetapi sesuai sunnah dan mudawamah ‘rutin’. Demikian pula dengan larangannya wajib bagi kita untuk sami’naa wa atha’naa serta menjauhi perkara larangan dengan sejauh-jauhnya, sebagaimana dalam Q.S. Al-Hasyr ayat 7.

4. Meninggalkan apa-apa yang beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam larang dan juga perkara yang beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam memang tinggalkan/tidak dikerjakan dalam perkara ‘ibadah. Ibadah apapun yang kita lakukan hendaklah diniatkan karena Allah ta’alla semata dan ‘ittiba (mengikuti) Rasul, maka kita akan mendapatkan pahala dan pertolongan-Nya, hendaknya kita berhenti di mana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya berhenti, karena perkara kebaikan apapun yang dapat membawa pelakunya ke Surga sudah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam beritahukan kepada kita dengan sangat terperinci begitu pula perkara kejelekan yang dapat membawa pelakunya ke Neraka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah memberitahukan kepada kita dengan sangat terperinci, tidak usah kita menambah-nambah ataupun mengurangi syari’at kita yang sempurna ini. Jika kita melakukan penambahan ataupun pengurangan terhadap sesuatu yang sudah sempurna maka sesuatu itu akan menjadi tidak sempurna walapun mungkin niyatan melakukan hal tersebut kita baik adanya.

Jika kita melakuan perkara ibadah khusus taqarrub kepada Allah Subhanahu wa ta’alla yang di mana perintah mengenai hal itu tidak terdapat larangan secara tegas (eksplisit), maka hal itu sebenarnya adalah terlarang dan tercela karena merupakan bid’ah yang sesat misalnya Maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam.

5. Beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’alla dengan cara beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan pada kita. Ada sebuah pernyataan (syubhat) dari orang yang bodoh terhadap syari’at ini yang terlontar dari orang yang mengaku muslim, bahkan dari orang yang telah mengakui bertauhid uluhiyyah yakni, “Bahwasannya jalan menuju Allah itu seibarat kita hendak berjalan menuju ke Alun-alun, ada yang dari arah Barat, arah Timur, Utara dan Selatan, walapun jalan yang ditempuk arahnya berbeda namun toh pada akhirnya sampai juga? iya kan”
Pernyataan di atas adalah hal yang sesat dan menyesatkan, siapa yeng berkeyakinan seperti itu bisa kafir, keluar dari Islam.

Ada lagi pernyataan dari seorang barat yang menggeluti sufi, dia seorang guru besar, mengakui rububiyah Allah Subhanahu wa ta’alla bahkan keuluhiyahan Allah Subhanahu wa ta’alla, bahwasannya hanya Allah saja yang berhak untuk disembah, mengenai rumusan ibadahnya bisa dibuat sendiri (sesuai hawa nafsu dan bisikan dari syaithan) tidak perlu memakai syari’atnya Muhammad. Pernyataan di atas adalah batil dan sesat menyesatkan, bagi kita kaum muslimin tidak ada pilihan lain lagi kecuali beribadah sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasul Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabat beliau ridhwanullah ‘alaihim jaami’an.

Ana mengajak diri ana sendiri dan antum sekalian untuk memperbaiki niyatan ikhlash kita dalam beramal—yang merupakan perwujudan dari makna Laa Ilaaha Ilaallaah—dan membaguskan amalan-amalan kita sesuai tuntunan Sunnah—yang merupakan perwujudan dari makna Syahdatur Rasul. Demikianlah makna dari Syahadatur Rasul, semoga bermanfaat khususnya untuk ana pribadi dan umumnya antum sekalian yang membacanya.
Wa akhirud Da’wanaa anil Hamdulillahi rabbil ‘aalamiin.



Hati


Fakir yang dhoif memulai bicara ini dengan Taufiq dan limpah kurniaNya Yang Maha Meliputi di atas segala sesuatu. Semoga pena yang tertulis terbimbing ke arah "jalan yang benar" hendaknya.

Alhamdulillah, syukrillah kerana telah diberikan suluk sedikit kelonggaran waktu ini untuk memberi sedikit pandangan berkaitan dengan bicara Martabat Tujuh dan Nur Muhammad sebagai memenuhi permintaan saudara yang berhajat.

Suluk telah membaca tulisan Prof. Dr. HM Rasjidi mengenai ilmu Martabat Tujuh dan Nur Muhamad untuk beberapa kali agar dapat difahami maksud sebenar pandangan beliau. Di samping itu suluk telah terheret sama untuk melihat beberapa bicara dan diskusi lain yang terdapat pada webpage al-ahkam on line tersebut yang banyak menyentuh tentang hal-hal yang berkaitan Tasauf termasuklah penafian mereka berkenaan dengan hulul, ittihad, wahdatul wujud dan tuduhan aliran perosak agama yang ada pada isyarat Sheikh Muhyidin Ibnu Arabi oleh Prof. Yusof Al-Qhordawi di samping kesesatan Al-Hallaj.

Insya Allah, suluk akan coba memberikan pandangan-pandangan yang "haq" lagi sebenar kepada tuduhan-tuduhan tersebut berdasarkan dalam bicara yang khusus karena adalah menjadi tanggungjawab suluk untuk menjernihkan kekeliruan yang terdapat pada webmaster tersebut kerana walaupun diri ini bukanlah ahli untuk hal-hal ini. Cuma sekadar diri yang telah beberapa kali mempelajari ilmu tersebut. Tujuannya pula hanyalah sekadar untuk menyatakan kebenaran dan kesuciannya, bukan untuk berhujah atau berdebat. Terpulanglah nanti kepada sesiapa yang menelitinya untuk menerima atau menolaknya tetapi sebaiknya terlebih dirujuk kepada guru-guru yang ahli dalam bidang ini sebagai penapis yang sebaik-baiknya;

"Sesungguhnya barangsiapa yang Allah tidak berikan cahaya, maka tidaklah ada cahaya baginya". (Al-Quran)

Sebagai permulaannya biarlah suluk berikan sedikit respon berkaitan dengan tulisan Prof. Dr. HM Rasjidi mengenai ilmu Martabat Tujuh dan Nur Muhamad.

Untuk makluman saudara, memang tidak dinafikan bahawa terdapat kesalahan dan kekeliruan "orang-orang yang tidak ahli" dalam memahami idea dan maksud sebenar Ilmu Martabat Tujuh. Demikian juga hal yang berkaitan dengan Nur Muhammad, di mana bukan sahaja mereka yang hanya sekadar mengenali sesuatu itu secara zhohir sahaja keliru dan bingung dengan istilah-istiilah dan kiasan ahli sufiah ini, tetapi di kalangan pengamal-pengamal tasauf yang terpinggir juga turut terjebak dengan kekeliruan dan kebingungan ini sehinggalah menimbulkan suasana yang prejudis dan salah sangka kepada maksud dan idea sebenar Ilmu Martabat Tujuh itu. Maka bertebaranlah fitnah di atas kesucian ilmu martabat tujuh yang sebenarnya.

Oleh kerana itu, tidak hairanlah ada yang mendakwa dirinya sebagai telah mencapai kesempurnaan hakikat sehingga menggugurkan syariat dan sebaliknya ada pula yang pula yang kontradik menuduh yang bukan-bukan kepada kemurniaan ilmu ini kerana semata-mata berpandukan beberapa gelintir manusia yang sesat di samping hanya sekadar membaca kitab-kitabnya secara bersendirian dan membuat kefahaman mengikut akal mereka yang singkat tanpa penerangan dari guru yang mursyid. Renungkanlah firman Allah Taala yang bermaksud;

(Mereka tidak mahu berfikir betul) bahkan mereka (terburu-buru) mendustakan kebenaran apabila sahaja sampainya kepada mereka; oleh sebab itu, mereka berada dalam keadaan yang serba kacau.(Al-Qaf:5)

"Sesungguhnya barangsiapa yang Allah tidak berikan cahaya, maka tidaklah ada cahaya baginya". (Al-Quran)

Ketahuilah olehmu wahai saudara-saudara seagamaku, semoga Allah memberi sedikit petunjuk dan Nur MakrifatNya bahawa "bagi tiap-tiap ilmu ada ahlinya" dan pada tiap-tiap yang zhohir itu ada yang batinnya.

Dengan kerana inilah tercatat dalam Kitab Ad-Durul Nafs bahawa Nabi SAW ada bersabda yang bermaksud;
"Tiada jua berkata satu kaum dengan kata yang tiada sampai kepadanya akal mereka itu melainkan adalah memberikan fitnah atas mereka itu'.

Demikian juga Imam Ghazali ada menjelaskan perkara ini dalam Ihya Ulummuddin dengan kata-katanya seperti berikut;

"Ditegahkan daripada menzhohirkan rahsia itu kerana pendek segala faham untuk mendapatkannya".

Dengan kerana inilah, maka Syeikh Ibnu 'Arabi pernah berkata;

"Adalah bagi kaum(penghulu ahli sufi) itu beberapa istilah mereka yang tiada mengetahui akan ia melainkan bagi "ahlinya". Maka tiada harus (haram) bagi yang bukan ahlinya mentelaah segala kitab-kitab mereka kerana tiada mengetahui kehendaknya(ahli sufi). Jika diambil atas zhohir perkataan mereka itu, maka membawa kepada "KUFUR".(Petikan Kitab Manhalus Shofi yang membicarakan martabat tujuh dan kupasan beberapa puisinya)

Dengan memahami sabda Nabi SAW. dan kata-kata mereka yang ahli dalam bidang ini; Jadi tidak hairanlah kenapa Prof. Dr. HM Rasjidi boleh berkata dan menuduh sedemikian rupa kepada Ilmu tersebut. Walaupun seorang prof....tetapi beliau bukanlah dari kalangan ahli-ahlinya sebagaimana juga Prof. Yusof. Qhodawi yang menuduh Ibnu Arabi perosak agama hanya kerana beliau jahil dan bingung dalam memahami maksud sebenar puisi-puisi yang penuh dengan isyarat-isyarat Alam Tinggi. Janganlah menjadi seperti mereka sebagaimana Firman Allah Taala yang bermaksud;

Orang-orang yang zalim itu (tidak berfikir), bahkan menurut hawa nafsu mereka (melakukan syirik) dengan tidak berdasarkan pengetahuan. Maka tiada sesiapa yang dapat memberi petunjuk kepada orang yang telah disesatkan oleh Allah (disebabkan bawaannya sendiri), dan tiada pula bagi mereka sesiapa yang dapat menolong melepaskan mereka dari azab.(Al-Rum:29)

Umpama seperti seorang nelayan biasa yang tidak memahami isyarat kod-kod(morse kod) yang kedengaran pada kapal-kapal dagang atau perang, tentu sekali akan memberi respon yang kebudak-budakkan yang tidak sempurna akal matangnya apabila sesuatu isyarat yang janggal baginya. Ahli-ahliLah apabila mengeluarkan sesuatu bicara, kalimah-kalimah mereka adalah penuh dengan hikmah dan rahsia-rahsia Alam Tinggi kerana kalam-kalam mereka adalah Kalam Ilmu Laduni yang bukan dengan datang dari khayalan atau fikiran mereka; dan untuk memahami pula, orang-orang yang pendek akal seperti kita ini memerlukan ilmu alatnya untuk menterjemahkan dan salah satu dari alat-alat tersebut ialah pengetahuan mengenai Martabat Tujuh. Firman Allah Taala yang bermaksud;

Bertanyalah (kepada mereka): "Adakah sama orang yang buta dengan orang yang celik? Tidakkah kamu mahu berfikir?"(Al-An'aam:50)

Tidak hairanlah ramai juga yang ghairah mentafsirkan dan bermain-main dengan istilah-istilah Ahli Sufi yang tinggi-tinggi atau yang halus-halus itu, sedangkan mereka mentakrifkan dan menggunakannya pada tempat yang tidak betul kerana semata-mata mengikut logik akal atau Ilmu Zhohir. Dalam bab/perkara ilmu batin syariat(Tasauf) ini, bukan pangkat atau taraf pengajian yang menjadi syarat atau ukuran seseorang untuk dijadikan petunjuk bahawa mereka itu ahlinya, tapi hal-ahwalnya yang selari dengan apa yang diucapkan di samping pengalaman keruhanian yang telah dilaluinya. Semua itu atas limpah Kurnia Allah Taala jua. Fikirkan dan renungkanlah Firman Allah Taala yang bermaksud;

Dan di bumi ada beberapa potong tanah yang berdekatan (tetapi berlainan keadaannya); dan padanya ada kebun-kebun anggur, dan jenis-jenis tanaman serta pohon-pohon tamar yang berumpun dan yang tidak berumpun; semuanya disiram dengan air yang sama; dan Kami lebihkan buah setengahnya dari setengahnya yang lain (pada bentuk, rasa, dan baunya) Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang (mahu) berfikir serta memahaminya.(Al-Rad:4)

Untuk mengenalinya dan memahami apa itu martabat tujuh dan apa dia idea-idea yang terdapat dalam Nur Muhammad seseorang itu perlulah mengaji dan menuntut dengan mereka yang ahli dengannya. Biasanya mereka(guru-guru yang ahli) tidaklah suka mewarwarkan mereka ini ahli atau megah dengan pangkat atau martabat pengajian atau maqamat sebagaimana ahli-ahli dunia yang masyhur dan berbangga dengan dr. prof dsb. Mereka ada ahlilLah dan ilmu mereka adalah tersembunyi sebagaimana tersembunyi mutiara di dasar lautan. Carilah jawapan dan dapatkan kefahaman yang sebenar dari mereka terlebih dahulu walaupun dengan seorang kampung yang berkain pelikat yang lusuh atau dari hamba abdi yang hitam.

Firman Allah dalam surah Yunus:106 bermaksud: "Mereka yang beriman dengan Allah tetapi masih banyak daripada mereka yang syirik".

Berdiskusi dan berbicara dalam tulisan-tulisan seperti di sana (al-ahkam on line)sama sekali tidak akan berupaya menjejaki kefahaman yang sebenar. Perlu mengadap secara berdepan dan perlu dihuraikan secara jelujur dengan penuh hikmah oleh guru-guru yang mursyid. Jika dinyatakan juga dalam bentuk tulisan-tulisan seperti ini, akan timbul pula pelbagai kekeliruan dan kebingungan dalam memahami idea dan maksudnya sebenarnya dan sememangnya banyak buruk dari baiknya jika diterangkan juga di sini. Ini adalah kerena masih ramai yang buta mata hatinya untuk melihat sesuatu yang batin yang datang dari Alam Ghaib apatah lagi untuk meneroka idea-idea yang terhimpun dalam sesuatu kalimah mereka. Oleh itu janganlah main ikut sedap rasa sahaja sehingga terburu-buru melemparkan tuduhan-tuduhan yang boleh menghina kedudukan mereka di sisi agama. Ambillah sedikit iktibar dan pengajaran dari al-Qur'an mengenai kisah Nabi Khaidir a.s. dan Nabi Musa a.s berkaitan dengan hal ini dalam Surah Al-Kahffi. Perhatikan ayat ini;

Dan (ingatlah) aku (Nabi Khaidir) tidak melakukannya menurut fikiranku sendiri. Demikianlah penjelasan tentang maksud dan tujuan perkara-perkara yang engkau(Nabi Musa) tidak dapat bersabar mengenainya".(Al-Kahffi:52)

Janganlah dengan kerana kedunguan pendek akal beberapa orang yang tersasar atau mereka yang terlatah kerana terlalu ghairah dengan ketinggian ilmu ini dijadikan sebagai batu pengukur bahawa itu salah, ini tak betul dan sana sesat sini kufur. Tidak akan terurai mana yang benar dan mana yang salah jika hanya dengan sedikit kajian yang mandul berdasarkan dari pendapat dan pandangan ahli-ahli zhohir, ahli-ahli falsafah dan buku-buku ulama zhohir, bicara ulama sufi (tapi masih zhohir sebenarnya) serta rumusan-rumusan dari kependekkan akal yang terbatas ini.

Tidak mungkin seorang yang belum pernah merasai lazatnya madu lebah dapat memperihalkan rasa dan wajah lazat itu dengan menghmpunkan kekuatan akalnya semata-mata. Rasalah dulu dan hayatilah dulu rasanya, barulah dapat di rasai dan difahami kelazatannya yang tidak ada istilah dan isyarat yang boleh dijadikan petunjuk untuk memaknakan erti lazat itu. Masuklah ke dalam bidang rasa, zauk dan wujdan kerana hanya dengan ini sahajalah anda akan menjejaki rahsia di sebalik kebenaran Ilmu AhlilLah ini. Bukan semata-mata dengan bacaan buku-buku atau tulisan-tulisan seperti ini , bukan dengan melemparkan tuduhan-tuduhan, bukan dengan banyaknya kajian-kajian dan penghasilan tesis-tesis. Tapi ia hanya akan dapat dicapai oleh mereka yang hidup ruhnya atau terbuka "sir"nya yang mampu untuk terbang dan meneroka Alam Makrifatullah mengikut kadar yang diizinkan oleh Allah Taala.

Firman Allah dalam Hadis Qudsi yang bermaksud;

Telah Aku memperbuatkan di dalam rongga anak Adam itu suatu mahligai dan adalah
di dalam mahligai itu dada(Shodron) dan
di dalam dada(Shodron) itu Hati dan
di dalam Hati itu Fuad dan
di dalam Fuad itu Shaghof dan
di dalam Shaghof itu Lubbun dan
di dalam Lubbun itu Sirrun dan
di dalam Sirrun itu Aku(yakni di dalam Sirrun itu tempat tajalli Aku dan tempat ia mengenal akan daku)
Sekiranya anda belum membaca dan menjelujuri bicara Imam Ghazali berkaitan dengan Ilmu Laduni yang mendedahkan tentang keupayaan dan potensi ruh kita yang dapat terbang ke daerah yang tiada sempadannya, suluk nasihatkan agar saudara rendahkan diri untuk mengutip mutiara-mutiara yang terhimpun dalam karyanya yang bertajuk Al-Risaalatul lilduniyyah. yang membicarkan tentang Ilmu Laduni atau Ilmu Terus Dari Allahh agar terbuka sedikit sesuatu yang terselindung sebelum ini. Mungkin juga saudara akan faham tuduhan Prof. seperti petikan di bawah adalah salah dan prejudis semata-mata.

Di antara pemikiran-pemikiran sufi yang menyimpang dari ajaran Islam adalah:
1. Menjadikan perasaan peribadi atau ilham sebagai kayu pengukur untuk mengetahui yang baik dan yang buruk. untuk membezakan yang betul dan yang salah, sehinggakan sebahagian mereka ada yang secara berlebih-lebihan mengatakan: "Hatiku menceritakan padaku dari Tuhanku." Ia merupakan tiimbal balik dari perkataan ulamak sunnah: Sifulan telah meriwayatkan kepadaku dari sifulan, dari Rasulullah s.a.w...."

Kepada mereka yang menafikan dan melemparkan berbagai-bagai tuduhan yang tidak benar mengenai fahaman Wahdatul Wujud, Hulul dan Ittihad, luangkan dan bukakan sedikit minda anda untuk menelusi huraian orang-orang Arif berkaitan perkara tersebut di bawah tajukMisykatul Anwar yang berjaya mengupas maksud ayat Al-Nur berkaitan dengan cahaya agar tersingkaplah sedikit apa-apa yang tertutup sebelum ini.

Telah berkata Sahl bin Abdulullah Al-Qusyairi r.a;

"Bagi orang Alim itu tiga ilmu.
Satu Ilmu yang Zhohir; diberikan ia bagi orang yang ahli zhohir dan
Kedua; Ilmu Batin tiada harus menzhohirkan ia melainkan kepada ahlinya dan
Ketiga; Ilmu antaranya dan antara Allah; tiada harus menzhohirkan ia kepada sesiapa pun".

Siapalah kita jika nak dibandingkan dengan Hujjatul Islam Imam Ghazali sehingga sanggup menafikan kemuliaan Ilham dan Ilmu Laduni wali-wali Allah dan siapalah kita jika nak ditandingkan dengan ketinggian pena/lidah Sheikh Ibnu Arabi yang berjaya menghimpunkan keunikan hal-ahwal AhlilLah sehingga sanggup menuduh beliau perosak agama Allah. Ingatlah selalu kepada pesanan penghulu-penghulu tasauf sebagaimana berikut;

"Sekurang-kurang siksa orang yang mengingkari ilmu ini ialah tiada diperasakan Allah Taala akan mereka itu suatu jua pun".

Hamba yang fakir ini, masih banyak jahilnya dan terlalu banyak melakukan dosa dan maksiat sedangkan amal sedikit cuma. Tidak hairanlah jika ada kalam yang tergelincir atau pandangan yang tersasar. Semoga Allah mengampuninya. Semoga bertambah-tambah keberkatan dan kerahmatan buat junjungan besar Nabi Muhammad SAW. guru daripada segala guru, jua untuk para sahabat dan ahli keluarga baginda, para siddiqin, para syuhada, Aulia-Aulia Allah, Guru-guru yang Arif. Mohon diberkati hendaknya tulisan ini kepada saudara-saudara yang seagama.

"Allah menukarkan malam dan siang silih berganti; sesungguhnya yang demikian mengandungi pelajaran yang mendatangkan iktibar bagi orang-orang yang celik mata hatinya berfikir.(Al-Nur:44)

Banyak ahli muslim terutama yang memperhatikan masalah akhlak kepada Allah, mengemukakan bahwa hati manusia merupakan kunci pokok pembahasan menuju pengetahuan tentang Tuhan. Hati, sebagai pintu dan sarana Tuhan memperkenalkan kesempurnaan diri-Nya. "Tidak dapat memuat dzat-Ku bumi dan langit-Ku, kecuali "Hati" hamba-Ku yang mukmin lunak dan tenang ( HR Abu Dawud). Hanya melalui "hati manusialah" keseimbangan sejati antara Tuhan dan kosmos bisa dicapai.

Al Qur'an menggunakan istilah qalb (hati) 132 kali, makna dasar kata itu ialah membalik, kembali, pergi maju mundur, berubah, naik turun. Diambil dari latar belakangnya hati mempunyai sifat yang selalu berubah, sebab hati adalah lokus dari kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan kesalahan.

Hati adalah tempat dimana Tuhan mengungkapkan diri-Nya sendiri kepada manusia. Kehadiran-Nya terasa didalam hati, dan wahyu maupun ilham diturun-kan kedalam hati para Nabi maupun wali-Nya.

"Ketahuilah bahwa Tuhan membuat batasan antara manusia dan hatinya, dan bahwa kepada-Nya lah kamu sekalian akan dikumpulkan" (QS 8: 24)

"(Jibril) menurunkan wahyu kedalam hati nuranimu dengan izin Tuhan, membenarkan wahyu sebelumnya, menjadi petunjuk dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman" (QS 2:97)

Hati adalah pusat pandangan, pemahaman, dan ingatan (dzikir)

"Apakah mereka tidak pernah bepergian dimuka bumi ini supaya hatinya tersentak memikirkan kemusnahan itu, atau mengiang ditelinganya untuk didengarkan, sebenarnya yang buta bukan mata, melainkan " hati" yang ada didalam dada." (QS 22:46)

"memang hati mereka telah kami tutup hingga mereka tidak dapat memahaminya, begitu pula liang telinganya telah tersumbat" (QS 18:57)

"Apakah mereka tidak merenungkan isi Al Qur'an ? atau adakah hati mereka yang terkunci ?" (QS 47:24)

"Janganlah kamu turutkan orang yang hatinya telah Kami alpakan dari mengingat Kami (dzikir), orang yang hanya mengikuti hawa nafsunya saja, dan keadaan orang itu sudah keterlaluan" (QS 18:28)

"Sesungguhnya telah Kami sediakan untuk penghuni neraka dari golongan jin dan manusia; mereka mempunyai hati, tetapi tidak menggunakannya untuk memaha-mi ayat-ayat Allah, mereka mempunyai mata, tetapi tidak dipergunakan untuk melihat, mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka adalah orang -orang yang alpa (tidak berdzikir) " (Qs 7:179)

Iman tumbuh dan bersemayam didalam hati,begitu juga kekafiran, kemungkaran serta penyelewengan dari jalan yang lurus. Oleh sebab itu, Allah tetap menegaskan bahwa perilaku seseorang tidak bisa hanya sekedar syarat sah rukun syariat saja, akan tetapi harus sampai kepada pusat iman yaitu " hati ".

Mungkin kita hampir lupa bahwa peribadatan selalu menuntut pemurnian hati (keikhlasan), sehingga akan menghasilkan sesuatu yang haq serta dampak iman secara langsung.

Iman yang pernah diikrarkan oleh kaum Arab badwi dihadapan Rasulullah bukan kategori iman yang sebenarnya, sehingga seketika itu Allah menurunkan wahyu untuk memperingatkan kepada mereka (Arab badwi)

"Orang-orang Badwi itu berkata: "kami telah beriman ". Katakanlah (kepada mereka) " Kamu belum beriman ",tetapi katakanlah " kami telah tunduk ", karena iman itu belum masuk kedalam hatimu (Qs 49:14) .

Iman yang benar mempunyai ciri tersendiri dan diakui oleh al Qur'an. Ia tertegun dan terharu tatkala nama Allah disebut ... dan bahkan ia terdorong ingin meluap-kan kegembiraan dan kerinduannya dengan menjerit seraya bersujud dan menangis. Bergetar hatinya dan bertambahlah imannya. Ia begitu kokoh dan mantap dalam setiap langkahnya karena keihsanan bersama dengan Allah yang selalu menjaga. Ia akan selalu berbisik kedalam lubuk hatinya tatkala menghadapi persoalan dan kesulitan didunia, karena disitulah Allah meletakkan ilham sebagai pegangan untuk menentukan sikap. Sehingga kaum beriman akan selalu terjaga dalam hidayah dan bimbingan Allah Swt.

Firman Allah Swt:

"Suatu musibah tidak akan menimpa seseorang kecuali atas izin Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, tentu Dia akan menunjuki "hatinya". Dan Tuhan Maha Mengetahui segala-galanya" (Qs 64:11)

"Keimanan telah ditetapkan Allah ke dalam " hatinya " serta dikokohkan pula Ruh dari diri-Nya" (Qs 58:22)

"Dan kami tunjang pula mereka dengan petunjuk, dan kami teguhkan hati mereka" (QS 18: 13-14)

"Dialah yang telah menurunkan ketentraman didalam hati orang-orang yang beriman supaya bertambah keimanannya di samping keimanan yang telah ada" (QS 48:4)

Syetan menggantikan kedudukan Allah bersemayam di istana hati manusia yang lalai. Allah akan memalingkan dan menghinakan orang yang lalai akan Allah, Allah akan mengunci dan mematikan hati sehingga ia diberi gelar " binatang ternak! Bahkan lebih sesat dari itu. Kalau sampai terjadi seperti ini maka tertutuplah hati untuk menerima cahaya dari Allah Swt. Maka tidak heran jika perbuatan nya akan cenderung mengikuti langkah-langkah syetan yang dilarang oleh Allah, syetan menggantikan posisi Allah menduduki hati yang tertutup dan dialah yang akan menasehati dan membimbing kejalan yang sesat. Kekejian itu akan menyeruak kedalam kalbu melalui hembusan ilham sehingga akal fikiran tidak mampu menghalau datangnya petunjuk tersebut. Marah dan benci tidak pernah direncanakan, akan tetapi ia datang langsung kepusat hati, dan tubuh tanpa daya mengikuti kemauan sihir sang iblis . Hati menjadi buta ...!!!

Allah berfirman:

"Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pemurah, Kami adakan baginya syetan (yang menyesatkan) maka syetan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertai" (Qs 43: 36)

"Hai orang- orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, maka sesungguhnya syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya niscaya tidak seorangpun dari kamu sekalian bersih (dari perbuatan keji dan mungkar) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS 24: 21)

Iman dan kafir terletak didalam hati, Allah telah membeberkan berikut contoh-contohnya antara orang yang dibukakan hatinya dan yang ditutup hatinya, serta perilaku keduanya. Maka keputusannya terletak kepada kebebasan manusia itu sendiri untuk memilih jalan yang sesat ataupun yang lurus. Karena disitu akan mendapatkan bimbingan langsung baik jalan kesesatan maupun jalan ketaqwaan.

Firman Allah:

"Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan-Nya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaanya. Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan merugilah orang yang mengotorinya". (Asy Syams 7-10)

Ayat diatas memberikan pengertian atas pentingnya membersihkan jiwa, sehingga apabila hal ini terjadi, maka Allah-lah yang akan membimbing ketaqwaan, keimanan, serta ketulusan. Namun sebaliknya Allah akan menistakan manusia yang melalaikan akan Allah serta mengotori hatinya dengan mengirim musuh Allah sebagai penasehat dan menuntunnya kejalan kesesatan.

Kemudian apa langkah selanjutnya, serta bagaimana terapi untuk mengembalikan hati yang sudah terlanjur karam dilumpur nista ?

Pertama kita sudah memahami bahwa, penyebab utama dari ketidak mampuan berbuat baik dan kesulitan menjaga dari perbuatan keji dan mungkar serta tidak didengarnya setiap doa, adalah "tertutupnya mata hati oleh NUR ILAHY".

Kedua, konsentrasikan masalah mengurus hati dulu, jangan mempersoalkan hal yang lain, karena "hati sedang menderita sakit kronis. Kita harus perhatikan dengan sungguh-sungguh, dan memasrahkan diri kepada Sang Pembuka Hati ... Dialah yang menutup hati kita, membutakan, mentulikan, dan mengunci mati dan tidak memberikan kefahaman atas ayat-ayat Allah yang turun kedalam hati.

Mari kita perhatikan kedalam, kita jenguk hati kita yang sedang berbaring tak berdaya, disitu terlihat syetan dengan leluasa memberikan wejangan dan petunjuk bagaimana berbuat keji dan mungkar. Ia menuntun pikiran untuk menerawang keangkasa, mengajaknya mi'raj keangan-angan panjang dan melupakannya ketika badan sedang Shalat, sedang berwudhu' dan membaca AlQur'an dan ibadah yang lain. Kita sudah beberapaka kali mencoba menepis ajakan itu namun apa daya kekuatan iblis memang luar biasa, kita bukan tandingannya untuk melawan dan mengusir nya. Ia ghaib dan licik ... ia berjalan melalui aliran darah manusia, ia bisa menembus tembok ruang dan waktu, ia ada dalam fikiran, dan bahkan bersemayam didalam hati manusia. Cukup sudah usaha kita untuk melawannya, namun gagal dan gagal lagi ...

Namun ada yang yang tidak "MATI", yaitu diri sejati yang selalu melihat keadaan hati kita yang sakit. Ialah "Bashirah" (Al Qiyamah: 14), ia tidak pernah bersekongkol dengan syetan, Ia yang mengetahui kebohongan hati, kejahatan, dan ia selalu mengikuti fitrah Allah, ia jujur, tawadhu', khusyu', kasih sayang dan adil (lihat tafsir Sofwatut Tafasir, oleh Prof Ali As Shobuni).

Kita harus cepat mendengarkan suara dia yang selalu mengajaknya ke arah kebajikan, Ia sangat dekat dengan Allah, Ia sangat patuh, Ia penuh iman, Ia berbicara menurut kata Allah (ilham), dan kedudukannya sangat tinggi diatas Syetan dan jin sehingga mereka tidak bisa menembus untuk menggodanya (As Shafat:8) Anda bisa merasakannya sekarang ... tatkala anda berbohong, ia berkata lirih ... kenapa kamu berbohong ... ia tidak tidur tatkala kita tidur ... ia melihat tatkala kita bermimpi dikejar anjing ... ia melihat ketika jin menggoda dan syetan menyesatkan, namun hati tidak kuasa mengikuti kata bashirah yang oleh Allah digelari "RUH-KU". Maka beruntunglah orang yang membersihkan jiwanya dan celakalah orang yang mengotorinya (As Syam:9-10)

Kita kembali kepada persoalan hati,

Mari kita perbaiki hati kita dengan cara mendatangi Allah, kita serahkan persoalan ini ... kerumitan hati yang selalu ragu-ragu ... ketidak mampuan menahan syahwat yang bergolak keras ...

Mari kita contoh Nabi Yusuf ketika gejolak nafsu sudah menguasai hatinya, Ia tidak kuasa lagi menahan syahwatnya tatkala Julaiha datang menghampiri untuk mengajaknya berbuat mesum ... Ia cepat berpaling dan menghampiri Allah dan mengadukannya keadaan syahwatnya yang terus menerus mengajak kepada keburukan. Kemudian Allah mendatangkan rahmat-Nya dan memalingkan hatinya, mengangkat kekejian didalam hatinya, dan akhirnya Nabi Yusuf terbebas dari perbuatan yang dilaknat Allah Swt.

Allah sendiri yang akan memalingkan hati dari perbuatan keji dan mungkar sehingga terasa sekali sentuhan Ilahy tatkala mengangkat kotoran hati dengan cara menggantikannya dengan perbuatan baik dan ikhlas .

Allah berfirman:

"Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu, andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih ( ikhlash)" (Yusuf:24)

Mungkin kita masih ragu-ragu ... apa mungkin kita bisa mendapatkan burhan dan bimbingan Allah dalam menghindari perbuatan keji dan mungkar ? Mari kita hindari prasangka yang buruk terhadap Allah, kita timbulkan rasa percaya bahwa hanya Allah lah yang mampu memberikan hidayah dan bimbingan serta mencabut persoalan yang kita hadapi.

Pada bab penyucian jiwa, telah saya sampaikan praktek berkomunikasi kepada Allah. saya mengharap anda telah melakukannya dengan penuh hudhu' dan ikhlas, sehingga anda juga akan dibukakan rahmat dan hidayah-Nya. Amin...

Mari kita kembali mecoba berkomunikasi kepada Allah seperti tercantum dalam bab sebelumnya.

Ketika Allah membuka Hidayah kedalam " Hati "

Hilangkan rasa takut tersesat didalam menempuh jalan ruhani ... bekal kita adalah tauhid, lambungkan jiwa melayang menuju Allah ... dekatkan dan berbisiklah dengan kemurnian hati ... jangan menghadap dengan konsentrasi pikiran, sebab anda akan mengalami pusing dan tegang. Usahakanlah tubuh anda rileks dan pasrah ... biarkan hati bergerak menyebut Asma-Nya yang Maha Agung ... Ajaklah perasaan dan fikiran untuk hadir bersujud dihadapan-Nya.

Jangan hiraukan kebisingan diluar ... usahakan hati tetap teguh menyebut nama Allah berulang-ulang ... sampai datang ketenangan dan hening serta rasa dingin didalam kalbu ... kalau anda mengalami pusing dan penat ... berarti cara berdzikirnya menggunakan kosentrasi didalam fikiran, maka ulangi dengan cara berkomunikasi didalam jiwa/hati ...

Mohonlah kepada Allah agar dibukakan hati dan dimudahkan menempuh jalan menuju makrifat ...

Biasanya ... kalau kita mendapatkan ketenangan dan kekhusyu'an didalam berkomunikasi dengan Allah ... mula-mula hati menjadi sangat terang ... mudah sekali menangis terharu tatkala kita menyebut Asma-Nya ... kita tidak kuasa membendung air mata ketika shalat ... membaca AlQur'an dan melihat keagungan Allah yang lain ... hati sering bergetar manakala kita berhadapan dengan-Nya ... badan turut berguncang dan berat dirasa seakan ada yang mendorong untuk bersujud dan menangis ... keihsanan dan tauhid kepada Allah bertambah kuat. Keyakinan bertambah lekat, serta perubahan demi perubahan didalam kalbu semakin terlihat. Perilaku kita akan dibimbing ... perilaku hati yang semula kaku dan cenderung kasar berubah dengan sendirinya ..menjadi lembut ... Yang semula shalat fikiran turut melayang-layang berubah dengan kekhusyu'an dan terasa nikmatnya ... dan seterusnya ...

Untuk lebih jelasnya mari kita lanjutkan perjalanan kita ini dengan mengikuti bagaimana Allah mengajarkan manusia, binatang, para Nabi dan Rasul. Selanjudnya anda akan saya ajak berguru kepada Yang Maha Mursyid ... Maha Mengetahui, Maha guru dari segala guru, Yang Maha Sakti. Dialah yang mengajarkan manusia apa-apa yang belum diketahuinya. Dia mengajarkan binatang lebah untuk membuat sarangnya. Dan ... kepada Dia lah segala makhluk bergantung ... Dialah Sang Guru Sejati ... Gurunya para Guru ... Gurunya para Nabi dan Rasul gurunya para Wali dan gurunya KITA yang bertaqwa!!!





Hijab antara Manusia dengan Allah

Jangan berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya rahmat Allah itu Maha luas. Ada orang setelah mendapat sedikit anugerah lalu tersendat dengan anugerah itu sampai terhijab berpuloh tahun. Ada yang terhijab terus. Ada yang terhijab, kemudian terbuka kemudian terhijab lagi. Itu adalah lumrah. Ianya bergantung sejauh mana kita memerlukan Dia. Ada orang waktu susah sangat hampir dengan Tuhan, siang malam berdoa, bila Tuhan lepaskan kesusahan hati jadi jauh.

"Aku adalah mengikut persangkaan Hambaku.Bila hambaku menujuKu sejengkal , Aku hampiri sedepa...

Dzun Nun Al Misyry ditanya :" Apakah hijab yang paling halus dan yang paling bersangatan?"
Dijawabnya : "Melihat diri dan mengaturnya."

Maksudnya bahawa hijab yang mendinding manusia terhadap Allah adalah hijab yang paling halus dan bersangatan iaitu melihat diri dan mengurusnya. Yakni mengarahkan fikiran, daya dan usaha pada memikirkan alam jasmaniah saja dapat menghambat matahati kita terhadap Allah. Kita bukan tidak boleh mengatur dan mengurus diri tetapi jangan sampai melewati batas sehingga hubungan kita dengan Allah terhalang. Kita diperbolehkan mempunyai rumah yang besar indah dan kenderaan yang bagus tetapi semuanya janganlah sampai melalaikan ataupun melupakan Allah. Apabila keadaan ini menimbulkan kelalaian dan kelupaan maka semuanya ini menjadi hijab-hijab bagi kita.
Bagaimana hati kita akan bersinar apabila sesuatu didalam alam ini melekat didalam matahati. Bila keduniaan mengawal kita, maka tujuan supaya hati bersih menghadap sempurna kepada Allah pasti tidak akan berhasil. Bila dunia ini terpaut dalam hati maka hati akan menemui kegelapan. Sama seperti kaca/cermin apabila berdebu begitu banyak dan melekat kuat, maka cermin itu sudah tidak dapat menangkap gambar objek kedalamnya. Bila hati gelap, macam mana Allah nak bersemayam di dalamnya. Bila hati sudah terpaut kuat kepada dunia yang fana ini akan sulitlah hati kita mengarah kepada tujuan menghadap Allah dengan syuhud dan tajjali seperti yang dimaksudkan dengan ehsan didalam hadis Rasulullah s.a.w.

Apabila hati gelap maka sinar makrifat akan jauh darinya. Sebab hati, mukanya hanya satu. Bila muka yang satu itu menghadap dunia maka jauhlah ia dari Allah. Kita dalam mengerjakan ajaran agama, pada hakikatnya bukanlah sekadar patuh dan taat kepada Allah tetapi juga pada hakikatnya kita berjalan kepadaNya dengan erti hubungan menjadi semakin dekat, baik dalam ilmu, keyakinan dan seluruh perasaan. Ini dapat kita capai bila kita memutuskan hubungan dengan kehendak-kehendak hawa nafsu dan syahwat. Tetapi bila kita berada dalam tawanan hawa nafsu, setiap kali kita bangun berdiri untuk melangkah, setiap kali pula kita jatuh tersungkur. Setiap kali berkumpul dalam hati kita keinginan yang kuat untuk berjalan kepada Allah tetapi pada waktu petangnya tentera-tentera syahwat menyerang pertahanan, sehingga benteng pertahanan yang dibina runtuh. Demikianlah sulitnya kita menuju kepada Allah apabila kita masih terikat dengan ikatan syahwat.
"Sengatan beberapa ekor kala atas tubuh-tubuh yang luka lebih enteng dari sengatan syahwat-syahwat atas hati yang meghadap kepada Allah"

Allah mewahyukan kepada Nabi Daud:
"Hendaklah engkau berikan peringatan kepada kaum engkau tentang bahaya seluruh syahwat kerana segala hati yang bergantung dengan segala syahwat keduniaan berarti akal orangnya terdinding, lagi jauh daripadaKU"

Jika kita tidak mampu menghalau serangan nafsu setelah mengamalkan beberapa macam zikir. Mohon kepada Tuan nafsu itu agar ia mengalangnya. Mohonlah dengan berkat solawat. Setiap doa tak kan naik tanpa didahulukan dengan solawat.

Kalau masih tak berjaya juga mohonlah kepada murysid kita agar dia scan balik diri kita dan lihat dimana silapnya. Kadang-kadang kita ada tersilap dengan guru sikit aje. Waridah dah hilang.Dengarlah segala nasihat dan petuanya. Kalau zaman dulu siap jadi hamba pada guru lagi. Jika guru suruh pergi minta sedekah terpaksalah pergi. Zaman sekarang tak tahu lak pulak. Zaman sekarang orang dah terlalu cerdik. Bila minta pengorbanan sedikit dah kata guru ambil kesempatan. Sedangkan kita tidah tahu apa hikmah disebalinya.
Ada bermacam-macam kaedah untuk menyucikan diri.
Ada secara zikir mengikut pengajian suluk tariqat masing-masing.
Ada secara tahali dan takhali.
Ada dengan cara berbakti.
Macam orang yang sudah mempunyai jawatan tiba-tiba hilang kerja, maka mohonlah bersungguh-sungguh agar dikembalikan jawatan tu. Kita hilang jawatan mungkin kita ada buat silap.
Ataupun orang tengah sihat tiba-tiba jatuh sakit. Puas berubat tak sembuh-sembuh .Janganlah putus asa mungkin belum sampai masanya lagi. Bersyukurlah dengan apa yang kita ada.
Sekurang-kurangnya kita tahu kita berada didalam ujian tuhan dan tidak kufur dengan nikmatnya yang tidak terbatas.

Yang penting kita mesti berwuduk zahir dan batin sebelum menghadap kepadaNya.

Wallahu'alam

~~~~~ o O o ~~~~~

Hijab-hijab itu terbahagi kepada dua bahagian:
1.Hijaabul Bashari.
Yakni hijab penglihatan mata yaitu kita tidak melihat oleh kerana memang mata kita tidak mungkin melihat Allah di dunia, sebab dunia ini adalah tempat segala kekurangan, sedangkan Allah adalah Zat yang maha sempurna. Jadi tidak mungkin kita melihat Allah di dunia yang fana ini, selain di akhirat. Demikian menurut hadis Rasulullah.

2.Hijaabul Bashiirati,
Yakni dinding yang menghambat penglihatan matahati. Apabila matahati kita sudah terdinding dengan hijab-hijab di mana dengannya akan menimbulkan kegelapan hati untuk melihat Zat Allah dan sifat-sifatNya yang mulia dan utama. Apabila hijab-hijab ini sudah hilang, maka terbukalah sinar hakikat. Maka terlihatlah keagungan yang Maha Sempurna Allah s.w.t
Apakah hijab-hijab itu? Hijab-hijab itu ialah keaiban-keaiban hati, jiwa dan diri. Apabila hati, jiwa dan diri kita telah bersih dari keaiban-keaiban ini, maka terbukalah pintu ghaib dan kita pun mendapatkan rahsia-rahsia yang baik dari Allah.

~~~~~ o O o ~~~~~

Allah yang Maha Benar, tidak terdinding, dan bahawasanya yang terdinding pada melihat kepadaNya adalah anda, kerana jikalau Allah didinding oleh sesuatu, sungguh Dia ditutup oleh sesuatu yang meliputi bagi adaNya. Jikalau ada bagiNya ada yang menutup sungguh diperdapat sesuatu yang meliputi bagi adaNya. Sedangkan tiap-tiap yang meliputi sesuatu berarti ia berkuasa pada sesuatu itu, padahal Dia-Allah berkuasa atas semua hamba-hambaNya.

~~~~~ o O o ~~~~~




















Insan Kamil Bayang-Bayang Allah

Siapakah manusia paripurna yang disebut sebagai Insan Kamil itu? Apakah mereka adalah "superman" spiritual? atau mereka adalah manusia biasa dengan segala kemampuan jiwanya menurut levelnya masing-masing ? Apakah Insan Kamil itu masih ada di era modern dewasa ini? Dimana mereka saat ini?

Insan Kamil, tentu Manusia Paripurna. Tetapi ketika kita semua dihadapkan wacana, bahwa manusia itu tidak ada yang sempurna, tidak ada yang disebut super, lalu bagaimana dengan Insan Kamil, bahkan yang Mukammil? Benarkah Insan Kamil itu hanya pada dataran konseptual-ideal belaka, atau memang ada dalam dunia nyata?

Apa yang akan kita diskusikan di sini, adalah idea dan fakta itu, di tengah-tengah munculnya suatu klaim sekelompok orang yang merasa dirinya paling Kamil dan bahkan paling Islami. Majalah Sufi, menghubungi beberapa nara sumber, dan sejumlah wacana Insan Kamil dari para Sufi besar seperti Syeikh Abdul Karim AI-Jily yang secara tegas menulis Kitab yang berjudul Al-lnsanul Kamil fi Ma 'rifatil Awaili wal-Awakhiri. Ada satu bab tentang prototipe Nabi Muhammad saw, sebagai Insan Kamil ideal, lalu kajian Prof. Dr. Said Aqiel Siraj tentang wacana tersebut dengan membandingkan dengan pandangan lbnu Araby, dan yang lainnya.

Menjadi Insan Kamil atau manusia sempuma harus melalui tahapan-tahapan. Siapa saja yang bertekad menjadi Insan Kamil harus mau melakukan syariat, tarekat dan hakekat. Karena itu menurut KH. Endin Fachruddin Masturo yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Al Masturiyah Sukabumi memasuki Insan Kamil harus melalui proses belajar vane kontinyu dan sempurna. Namun ada cara menjadi Insan Kamil yang relatif lebih mudah yaitu dengan menjadi manusia berguna di tengah kehidupan masyarakat.

Karena itu bisa saja Insan Kamil itu diartikan manusia yang bermanfaat, yang sesuai dengan tujuan pendidikan menurut agama Islam. Dimana tujuan pendidikan itu isti 'dadul thifli badaniyan, aqliyan, wa ruhiyan. Artinya mempersiapkan anak agar jasmani, akal maupun ruhaninya menjadi baik, menjadi sempurna. "Jasmaninya sehat, akalnya cerdas dan ruhaninya bisa memancarkan akhlakul karimah. Dan rumusan itu sejak dan semenjak dahulu sampai dari Nabi, para sahabat, para tabiin dan hingga kini, ya Insan Kamil itu seperti itu."

Adakah cara tertentu untuk mencapai Insan Kamil? Pertama harus belajar. Karena insanul kamil yang dimaksud oleh para ahli tasawuf sudah sampai kepada istilah maqomun mukasabah. Nah untuk mencapai ke sana, menurut para ahli sufi ada syariaL, tarekat dan hakekat. Jika diumpamakan pengetahuan agama yang sudah sampai pada hakekat seperti kapal yang telah menyelam ke dasar lautan dan mengambil mutiara-mutiaranya. Nah, orang yang ingin mencapai Insan Kamil itu harus melalui tahapan seperti itu dan harus mampu mengambil mutiara. Karena itu orang belajar janganlah tanggung. Harus mulai dari syariat, tarekat dan hekekat. Jika sampai pada tingkat hakekat, insya Allah Insan Kamil bisa diraih. Hanya dengan belajar agama seperti itu Insan Kamil bisa diraih.

Jadi walau tanpa tahapan itu asal berguna di masyarakat berarti mendekati Insan Kamil telah terwujud?
"Ya. Karena itu dalam menilai kegunaan seseorang di masyarakat jangan anggap enteng. Meninjau seseorang itu jangan dari satu segi saja, " tambah Wakil Rois aam PBNU ini.

Sementara itu Direktur Yayasan Wakaf Paramadina sekaligus pengajar beberapa matakuliah Tasawuf,Dr. Komaruddin Hidayat, menekankan bahwa Insan Kamil adalah sebuah konsep mengenai pertumbuhan atau aktualisasi potensi manusia ketika dia sampai pada tahap yang sangat prima. Karena manusia yang paling inti adalah bersifat spiritual (ruh) dan ruh itu bersifat riyadli.

Karena itu Insan Kamil adalah suatu maqom dimana seseorang menganggap dirinya bagaikan lokus atau tempat disitu arasy Tuhan ada atau Tuhan bersemayam disitu. Dengan kata lain, orang yang sudah sampai pada tahap itu dirinya dikuasai oleh kehendak Allah sehingga matanya melihat dengan mata Tuhan,tanganya bekerja dengan tangan Tuhan, dan piirannya digerakkan oleh pikiran tuhan. Tuhan seakan-akan sudah masuk, bertajalli, atau hadir dalam diri manusia, sehingga sifat kemanusiaanya sudah lebih kepinggir dan yang dominan adalah sifat keilahiannya (lahut).

Maqam seperti itu merupakan maqom yang di idealisasikan oleh para setiap sufi. Dengan demikian orang yang sudah sampai pada tahap itu, walaupun badanya atau fisiknya masih didunia, tapi dirinya sudah lebih besar dari dunia itu sendiri. Dunia lebih kecil dan menjadi bagian dari dirinya karena. dia sudah masuk pada satu wilayah spiritual, sehingga singgasana Tuhan (arasy) lebih luas dan dunia seisinya.

Karena itu kata Komar, "Insan Kamil merupakan suatu tujuan akhir yang perlu terus menerus didekati Jadi di situ ada kesungguhan tapi juga ada sikap rendah hati. Kesungguhan dalam arti bahwa manusia itu memang "dari atas" dan akan kembali "ke atas". Rendah hati karena memang kita tidak mungkin jadi Tuhan. Itu sebuah upaya pencapaian tingkat terideal dari potensi yang ada."

Komar juga memberikan ilustrasi agar aktualisasi Insan Kamil tidak berarti hanya melulu ke pada Allah swt, tanpa mengenal urusan dengan soal-soal ke- manusiaan. "Kalau kita mencintai Allah, maka kita akan mencintai apa yang di- cintai Allah. Kalau Allah menghendaki menyusun kerja maka kita akan bekerja. Dalam bekerja itu sebagai jawaban cinta Allah pada kita dan cinta kita pada Allah".

Sedangkan Umar Shihab MA, dosen IAIN Syarif Hidayatullah, bahwa Insan Kamil itu adalah "Bayang-bayang" Tuhan. Sebab kalau sudah Insan Kamil, seakan-akan manusia ingin menyaingi ' Tuhan. "Pengertiannya tidak begitu. Karena manusia itu bayang-bayang Tuhan, manusia punya sifat llahi, maka dia harus menyempurnakan kualitas keilahiannya sehingga dia benar-benar menjadi Insan Kamil sebatas kemanusiaanya saja,” katanya kepada sufi.

Manusia memang punya sifat-sifat seperti Tuhan. Tuhan mengetahui, manusia mengetahui. Tapi berbeda, karena Tuhan disebut Maha Mengetahui. Tuhan berkehendak, manusia berkehendak. Tapi Tuhan kan Maha Berkehendak. Manusia memang seakan-akan miniatur atau makhluk Allah yang menyerupai sifat-sifat Tuhan. Ketika kita berpuasa, itu kan meniru sifat Tuhan. Tuhan tidak makan dan minum. Karena itu kita, dalam mencapai martabat, kita tidak makan dan minum. Itu bagian dan usaha untuk meningkatkan bagaimana kita menjadi Insan Kamil. Pengertiannya begitu, bukan dalam pengertian seakan-akan manusia bebas dan salah. Tidak. Ini hanya sebuah idealisasi saja.

"Pada dasarnya, manusia itu selalu berproses untuk menjadi yang lebih baik. Ini namanya takamal basyari, proses untuk mencapai kesempurnaan, "tambahnya. Allah menciptakan manusia dari berbagai potensi. Sebuah hadits menyatakan bahwa manusia ketika lahir itu dalam keadaan fitrah, itu berarti manusia mempunyai potensi-potensi. Potensi-potensi tersebut tidak lain adalah untuk mencapai kesempurnaan. Dalam konteks ini, setiap orang berada dalam suatu tingkat sesuai dengan kualitas ruhaninya, amalnya dan perjuangannya. Tapi tentu saja, dalam hal ini tidak ada manusia yang sama kesempurnaannya, karena kesempurnaan itu bersifat relatif. Bahkan Nabi Muhammad SAW pun sampai saat ini selalu terus menerus dalam proses kesempurnaan itu. Misalnya kita sendiri diperintahkan oleh Allah SWT untuk bershalawat atau mendoakan Nabi Muhammad SAW. Makna shalawat itu kita berdoa pada Allah SWT supaya Nabi Muhammad SAW dianugerahi kedudukan tinggi.

Apa yang menjadi kriteria Insan Kamil menurut Allah sendiri? "Allah SWT memberikan sebuah batasan yang amat simple untuk menilai kualitas manusia. Yaitu melalui surat Ali lmran ayat 13, Inna akramakum 'indallahi atqakum. Takwa itu kan hubungannya dengan kualitas ruhani kita. Dan ini pula yang menjadi alat ukur Allah. Tapi takwa itu pun tidak identik dengan lahiriah tapi niat, motif atau ketawakalan seseorang," tandas penceramah Sufi ini.

Demikian juga dengan penyerahan din seseorang kepada Allah, ltu semua bagian dan kualitas. Malah ada sebuah riwayat, suatu saat Nabi pernah ditanya, "Ya Rasulullah, apakah engkau tahu nasibmu di mana?" Nabi menjawab, "Aku tidak tahu nasibku di mana". Nabi Muhammad SAW kan pasti akan di surga, karena kalau tidak siapa lagi yang di surga. Nah pada posisi itu, Nabi temyata masih mengatakan, aku tidak tabu di mana tempatku. ltu mengajarkan pada manusia bahwa manusia tidak boleh takabur dengan diri dan amalnya. Maka yang paling mulia di sisi Allah SWT dan untuk melihat sejauh mana tingkat kualitas seseorang adalah orang yang paling merasa kecil di hadapan Allah SWT.

Prototipe Muhammad saw.

Sebuah paradigma agung yang pemah digerakkan oleh seorang Sufi besar, Syeikh Abdul Kariem Al- Jily, Sufi besar abad 7 hijriyah, salah satu eksponen penenis lbnu Araby menegaskan, Insan Kamil itu adalah Insan yang berhak merespon Asma'-asma' Dzatiyah dan Sifat-sifat llahiyah, dengan pelimpahan hak secara proporsional dan kepemilikan menurut penerapan substansial. Insan tersebutlah yang digambarkan sebagai hakikatnya melalui metafora-metafora tersebut, yang ditunjukkan melalui kelembutan- kelembutanNya lewat isyarat itu. Tak satu pun yang memiliki sandaran wujud kecuali Insan Kamil.

Gambarannya bagi Allah adalah permisalan cermin, dimana seseorang tidak tahu dirinya melainkan melalui cermin tersebut. Tentu, jika tidak demikian, pasti tak mampu memandang rupanya sendiri kecuali melalui Cermin Nama "Allah" yang merupakan pantulan cermin-cerminNya. Insan Kamil adalah Cermin dari Allah Ta'ala. Sebab Allah Ta'ala sangat mencintai, untuk tidak dipandang Nama-nama dan Sifat-sifatNya melainkan melalui apa yang ada dalam Insan Kamil. ltulah arti dari firmanNya:

"Sesungguhnya Kami telah menawarkan Amanah kepada langit-langit dan bumi, gunung-gunung, lalu mereka menolak untuk menerima beban itu, lalu secara bergairah manusia menginginkannya dan manusialah yang membawa beban (amanah) itu. Sesungguhnya manusia itu banyak dzalim dan bodohnya"











Nikmat Bersama Allah

Wahai Allah Dzat Yang Maha Mengetahui segala ilmu, Yang Maha Menciptakan Dienul haq, sesungguhnya hanya Engkaulah yang Maha Mengetahui Islam yang sebenar-benarnya. Karena itu, tuntunlah kemampuan hamba-Mu ini untuk mengutarakan kebenaran-Mu. Jadikan siapapun yang ikut menyimak kebenaran-Mu ini, Kau bersihkan hatinya dengan sebersih-bersihnya, sehingga tidak ada satu niat pun, kecuali ingin mencari kebenaran-Mu untuk bekal bisa bertemu dengan-Mu.

Sahabat, tidak ada kenikmatan yang lebih besar di dunia ini daripada nikmat mengenal Allah. Bahkan bagi orang yang sudah mengenal-Nya, nikmat dunia dan se-isinya ini tidak akan mampu menandinginya. Alam semesta ini hanya sebagian kecil saja dari nikmat yang diberikan Allah kepada hamba-Nya. Tidak akan bisa orang mengukur nikmat Allah dengan dunia yang ada di tangannya. Bahkan, alam semesta berikut isinya ini pun tidak akan mampu mendatangkan kenikmatan Allah yang tiada tandingannya.

Bagi orang yang mengenal Allah, segala sesuatu kejadian yang menimpa diri hanyalah nikmat yang diberikan oleh-Nya semata. Kurang uang adalah nikmat karena kita akan selalu berikhtiar di jalan Allah, sehingga menambah pahala ikhtiar dan kesabaran jika kita tawakal kepada-Nya. Banyak uang pun merupakan nikmat, karena bisa lebih banyak mempunyai kesempatan untuk beramal di jalan Allah.

Badan sehat adalah nikmat, karena kita lebih mampu untuk melakukan ibadah, beramal, dan berjihad di jalan Allah. Sakit pun merupakan nikmat, karena akan melebur segala dosa kita jika kita tabah dan sabar menerimanya dengan tidak meninggalkan ikhtiar dzahir; mencari obat penyembuh.

Dipuji adalah nikmat, karena bisa mendengarkan kebesaran Allah dan merasakan bagaimana hebatnya Dia menutupi aib kita. Dihina pun merupakan nikmat karena bisa melihat kejelekan-kejelekan diri sendiri di samping bisa menjadi ladang pahala sabar bagi kita.

Sahabat, ternyata tidak ada yang tidak nikmat. Bagi orang yang mengenal Allah, semua kejadian adalah nikmat semata. Subahanallah! Mudah-mudahan kita semua digolongkan oleh-Nya menjadi ahli ma'rifat seperti itu.

Namun sayang, ternyata hanya sedikit sekali orang yang mengenal Allah. Kebanyakan hanya tahu nama saja, tidak bisa merasakan kelezatan nikmat bersama-Nya. Padahal, barangsiapa sudah merasa bersama-Nya, tidak mungkin merasa kesepian karena Allah 'Azza wa Jallaa senantiasa bersama hamba-Nya, bahkan lebih dekat dari urat lehernya sendiri.

Bagi orang yang sudah mengenal Allah, tidak mungkin lupa barang sedetik pun kepada-Nya! Bagaimana akan lupa, kalau setiap mata memandang segala sesuatu, yang terbayang dalam benak kita hal itu adalah hasil pekerjaan-Nya. Kalau setiap telinga mendengarkan sesuatu, niscaya segala yang berbunyi itu buah tangan-Nya. Kalau setiap mulut memakan dan meminum sesuatu, mutlak segala makanan dan air itu ciptaan-Nya. Tidak bisa tidak.

Tidak akan merasa kesepian di kala sepi dan terlena di kala ramai bagi orang yang sudah ma'rifat kepada-Nya. Karena, Allah-lah Dzat yang selalu memelihara dan mengawasi setiap mahluk-Nya dengan tanpa mengenal lupa. Di tengah orang banyak, di tengah pertempuran, di mana saja, mesti ingat kepada-Nya!

Allah pun pasti akan mencabut rasa takut dari hati orang yang telah ma'rifat kepada-Nya. Bagaimana akan takut, sedang segala yang ditakuti juga diurus oleh-Nya dan pasti akan musnah. Tiada daya dan kekuatan, kecuali atas ijin dan inayah-Nya. Laa haulaa wa laa quwwata illaa billaah!

"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang, kecuali dengan ijin Allah. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." [QS. At Taghabun (64): 11]

Lantas, adakah ahli ma'rifat akan takut miskin? Pasti tidak! Karena, Allah adalah Dzat Yang Mahakaya. Bukankah jagad raya dan alam semesta ini semuanya milik Allah? Bagaimana mungkin takut miskin kalau sudah kenal dengan Dzat Yang Menguasai segalanya? Mahluk, sedikit pun tidak memiliki kekuasaaan untuk mempunyai apa-apa, bahkan tubuhnya sendiri pun mutlak milik-Nya! Takut miskin itu karena kita belum kenal akan kehebatan dan kekayaan Allah, ragu terhadap pembagian kekayaan dari-Nya. Allah-lah Yang Maha Berkehendak dan Maha Bijaksana. Tiada sedikit pun tandingan bagi-Nya. Masya Allah!

Sungguh, dunia ini memang tiada artinya. Karena yang hebat dan indah itu hanyalah Allah semata. Oleh sebab itu, tatkala mata terpesona kepada dunia, sebenarnya bukanlah kepada dunianya, melainkan kepada kehebatan perbuatan-Nya

Dengan demikian, tidak ada sedikit pun kekurangan dan kejelekan di dunia ini jika dikaitkan kepada Allah. Kendati mata melihat binatang yang menjijikan penuh kuman penyakit sekalipun, pandangannya akan tetap penuh syukur kepada-Nya. Mahasuci Engkau ya Allah, segala puji bagi-Mu yang telah menakdirkan kami sebagai makhluk ciptaan-Mu yang sempurna.

Itulah golongan orang yang sudah merasakan kelezatan dunia. Ternyata kebahagiaan di dunia ini tidak semata dilihat dari bentuk duniawinya. Karena, kalau cuma itu yang dijadikan sebatas tanda kebahagiaan, berarti lebih banyak orang kafir yang hidupnya bahagia, karena mereka lebih banyak dilimpahi kekayaan dunia.
Alhamdulillah, ternyata yang namanya bahagia adalah jika kita senantiasa bisa bersama Allah dalam segala keadaan.

Imam Al Ghazali menulis dalam bukunya, bahwa akan sedikit di antara umat Muhammad yang masuk kedalam golongan 'Aarifiin (golongan yang mengenal Allah). Sebagian besar orang sebelum hatinya ingat kepada-Nya, telah terlebih dahulu ditutupi dengan selalu ingat kepada dunia dan segala isinya. Dunia yang hanya sebagian kecil dari alam semesta saja sudah dapat menutupi hatinya, bagaimana mungkin bisa memasuki tingkat ma'rifat kepada Allah yang menguasai segala jagad raya alam semesta ini.

Sebagian besar dari kita lebih suka kepada dunia daripada mengharapkan bertemu dengan-Nya. Kita lebih suka dipandang mulia oleh sesama manusia daripada mencari kemuliaan yang telah dijanjikan-Nya kepada orang-orang yang bertaqwa. Padahal Allah-lah Dzat yang memiliki dan menguasai kebesaran dan kemuliaan.
"Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan." (QS. Ar Rahman [55]: 27)






























FAHAM-FAHAM
TASAWUF PALSU DAN AJARAN SESAT


Perkataan tasauf, ahli sufi yang sering diperkatakan oleh masyarakat, setakat mana masyarakat kenal ahli tasauf yang sebenar? Kita tidak tahu. Oleh sebab itu kita lihat ramai orang terjebak dengan ajaran sesat yang berselindung disebalik nama tasauf atau ahli sufi.

Ajaran sesat yang berselindung disebalik nama tasauf ini bukan pada hari ini sahaja timbul, malah ianya timbul sebelum Imam Al-Ghazali lagi. Apabila agama Islam tersebar luas keseluruh pelosok dunia dan bukan sahaja disekitar negara arab sahaja malah ianya mencakupi disebelah Rom dan Parsi. Kesan daripada itu berbagai kesan budaya telah menyerap masuk kedalam Islam. Hasil daripada itu juga fahaman yang berasal dari budaya lain telah menyerap masuk kedalam masyarakt Islam. Kesempatan inilah yang telah diambil oleh musuh Islam untuk merosakkan Islam dengan orang Islam sendiri.

Dalam kitab “Tuhfah Al-Raghibin Fi Bayan Haqiqatu Iman Al-Mu’minin” oleh ‘Alim Al-Fadhil Muhmammad Arshad telah menyatakan terdapat tiga belas golongan fahaman salah yang berselindung disebalik nama sufi atau ahli tasauf. Golongan ini layak digelar sebagai kafir atau fasiq. Kerana ajaran-ajaran mereka bertentangan dengan ajaran Islam yang berpandukan Al-Quran dan sunnah Rasulullah s.a.w. Golongan tersebut ialah:

Pertama: Habibiyyah, antara iktiqad golongan ini ialah:

Apabila seseorang itu telah sampai kepada martabat kasih kepada Allah, maka terlepas dari taklif syara’. Segala yang haram menjadi halal bagi mereka. Fardhu sembahyang, puasa dan sebagainya adalah harus bagi mereka untuk mengerjakannya atau tidak.

Golongan mereka tidak perlu menutup aurat.
Apabila samapi ketahap yang paling tinggi sekali kasih kepada Allah segala dosa besar seperti zina, minum arak dan sebagainya boleh mereka lakukan dan tidak mendapat azab daripada Allah.
Segala ibadat zahir tidak perlu mereka lakukan dan mereka hanya perlu bertafakkur sahaja untuk beribadat.
Harus bagi mereka untuk bersetubuh dengan segala perempuan.
Segala harta didunia ini adalah milik anak Adam. Dan kita semua adalah dari keturunan anak Adam, jadi kita berhak segala harta yang berada di muka bumi ini.
Kedua: Auliyaiyyah, antara iktiqad golongan ini ialah:
Apabila seseorang itu sampai kepada darjat wilayah, terlepas mereka daripada segala suruhan dan larangan dan martabat wali lebih mulia dari martabat nabi.
Ketiga: Thamrakhiyyah.
Golongan ini antara lain, iktiqad mereka ialah tidak lagi terikat dengan suruhan dan larangan Allah. Golongan ini mengharuskan menyanyi dan segala alat muzik. Mereka diharuskan untuk berzina dan sebagainya. Golongan ini diasaskan oleh Abdullah Thamrakhiyyah.
Keempat: Ibahiyyah, iktiqad mereka ialah:

Kita tidak perlu melakukan kerja-kerja menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran kerana kita sendiri tidak mampu melakukan kerja-kerja tersebut apalgi untuk menyeru orang lain.
Golongan ini mengharuskan zina dan tidak berdosa.
Kelima: Haliyah. Iktiqad golongan ini ialah:

Diharuskan menari dan bertepuk tangan sambil menyanyi sehingga pengsan.
Kata mereka bahawa “Sheikh kami berada dalam suatu hal”.
Keenam: Huriyyah.
Iktiqad golongan ini hampir sama dengan iktiqad golongan Haliyah, cuma mereka menambah semasa kami pengsan ketika menyanyi, kami didatangi oleh bidadari daripada syurga lalu kami jima’ dengan mereka dan setelah sedar kami mandi junub.
Ketujuh: Waqi’iyyah.
Iktiqad golongan ini ialah bahawa kita tidak perlu kenal Allah Taala. Ini kerana kita ini lemah lagi seorang hamba. Jadi kita tidak perlu mengenal Allah lagi.
Kelapan: Mutajahiliyyah/Mutahalliyyah.
Golongan ini memakai pakaian-pakaian yang elok dan melakukan pekerjaan fasiq. Antara kata mereka bahawa: Kami tidak dapat lari dari melakukan zina.
Kesembilan: Mutakasilah.
Golongan ini malas bekerja. Kerja mereka hanyalah meminta-minta daripada orang ramai samada atas nama zakat atau sedekah.
Kesepuluh: Ilhamiyyah.
Iktiqad golongan ini sama seperti al-Dahriyyah. Golongan ini enggan belajar dan membaca Al-Quran. Pada pandangan mereka, Al-Quran itu hanya merupakan hijab untuk mengenal Allah. Kerana itu mereka hanya mempelajari syair-syair dan kata hikmah sahaja sebagai tarikat mereka.
Kesebelas: Hululiyyah. Iktiqad golongan ini ialah:

Bahawa setiap makhluk bersatu dengan Allah Taala.
Harus kita memandang kepada perempuan yang cantik dan boleh menari dan memeluknya. Kerana sifat cantik itu adalah sifat Allah yang dianugerahkan kepada kita semua.
Apabila seseorang itu sunyi dari hawa nafsu dan ikhlas kepada Allah, maka gugurlah segala amal syariat. Segala ibadah seperti sembahyang, puasa, zakat dan sebagainya.
Keduabelas: Kaum Wujudiyyah.

Iktiqad golongan ini berdasarkan kepada tafsir kalimah “La Ilaha IllaLlah” iaitu: Tidak ujud melainkan ujud Allah. Dan pandangan mereka lagi bahawa tidak maujud melainkan dalam kandungan ujud segala makhluk. Iaitu setiap makhluk terdapat ujud Allah. Allah dan makhluk adalah dari satu jenis dan sebangsa. Golongan ini juga beriktiqad bahawa tuhan bertempat dan tertakluk kepada masa.
Ketigabelas: Mujassimah. Iktiqad golongan ini ialah:

Allah mempunyai anggota seperti tangan, kaki, berdaging dan sebagainya.
Allah Taala itu berupa tetapi tidak tahu bagaimana rupanya.
Allah Taala bergerak samada naik atau turun. Dan tempat kediaman Allah Taala ialah diatas ‘Arash.
Itulah antara fahaman-fahaman yang tersebar dikalangan umat Islam semenjak dahulu. Fahaman-fahaman ini tersebar dari satu generasi ke satu generasi sehinggalah sampai kehari ini. Fahaman ini mendapat pengaruh bukan sahaja masyarakat Islam di Indonesia tetapi juga umat Islam di seluruh dunia. Oleh itu kita janganlah terpengaruh dengan ajaran-ajaran yang diragukan





Buya Ima Ibnu Fachru Rozi


Read More - MENCARI ALLAH

my Child

?????:

sumbere background