TES PAI KLS 7

Jumat, 26 Maret 2010

NABI MUSA DAN NABI NUH

NABI MUSA AS
Musa adalah seorang Israel. Saat itu hampir seluruh orang Israel (keturunan Nabi Ya'kub) memang tinggal di Mesir. Ini terjadi sejak Nabi Yusuf menjadi menteri dan bahkan kemudian raja di Mesir. Namun di masa sebelum dan saat hidup Musa, kekuasaan kembali berada di tangan Raja Mesir. Menjelang kelahiran Musa, Raja Mesir Fir'aun bermimpi bahwa negerinya mengalami kebakaran hebat. Yang hidup hanyalah orang-orang Israel. Ahli nujum kerajaan meramalkan bahwa kerajaan Mesir akan hancur di tangan seorang Israel. Berdasarkan ramalan itu, Fir'aun memerintahkn untuk membunuh setiap bayi laki-laki dari keluarga Israel.
Yukabad, seorang perempuan Israel, cemas. Ia telah menyembunyikan kehamilannya, dan ternyata ia melahirkan bayi laki-laki. Beberapa lama ia sempat menyembunyikan bayinya, sampai ia mendapatkan ilham untuk menyanyutkan bayi itu ke sungai. Bayi diletakkan di peti kecil dan dihanyutkan. Banyak kalangan menduga tempat bayi dihanyutkan itu adalah sungai Nil. Yukabad meminta anak perempuannya, Maryam, mengikuti bayi itu dari kejauhan.
Dari Maryam, ibu itu tahu bahwa Musa, bayinya, hanyut ke arah istana dan dipungut anak oleh permaisuri Fir'aun. Permaisuri itulah yang mendesak Fir'aun agar boleh memelihara Musa. Dari Maryam Yukabad juga tahu bahwa permaisuri tengah mencari ibu susu bagi Musa. Akhirnya Musa memang diserahkan pada Yukabad untuk disusui.
Ada dua pendapat di mana Musa tinggal pada masa menyusu itu. Ada yang menyebut di rumahnya sendiri. Tradisi masa itu bayi memang disusui di rumah ibu susu. Ada juga yang menyebut Yukabad-lah yang tinggal di istana untuk menyusui itu. Yang pasti, usai masa menyusu Musa tinggal di istana ia tumbuh menjadi pemuda.
Musa bertubuh besar dan kuat. Suatu waktu ia menjumpai dua orang yang berkelahi, seorang Israel dan seorang Mesir. Saat itu antara orang-orang Mesir dan Israel memang sering terjadi ketegangan. Orang Israel itu berteriak minta tolong Musa. Menurutnya, orang Mesir itu hendak membunuhnya. Musa pun memukul lawan Israel tersebut. Orang Mesir itu tewas. Pembunuhan terhadapnya menjadi misteri sampai lama.
Namun Musa kemudian mendapati orang Israel yang sama berkelahi lagi dengan orang Mesir. Lagi-lagi minta tolong Musa. Musa justru marah dan mendatanginya. Sambil ketakutan, ia bertanya apakah Musa akan membunuhnya seperti membunuh orang Mesir dulu. Segera tersiarlah kabar bahwa Musa-lah pembunuh orang Mesir dulu.
Musa risau. Seorang kawannya -yang mengaku mendengar kabar bahwa Fir'aun tengah mencarinya-menyarankan Musa untuk pergi meninggalkan Mesir. Musa kemudian berjalan sampai tiba di Madyan tempat Syuaib sang rasul tinggal. Musa tengah berteduh ketika perhatiannya tertuju pada dua gadis yang berdiri tersisih saat orang-orang berjejalan berebut air di sumur. Gadis itu hendak memberi minum dombanya. Namun mereka tak mampu berebut dengan para laki-laki di situ.
Musa menolong mereka. Tindakannya menarik hati Syuaib yang kemudian mengundangnya untuk tinggal bersama keluarga itu. Syuaib malah menikahkan Musa dengan salah satu putrinya. Mas kawinnya adalah kesediaan Musa untuk tinggal bersama mereka serta menternakkan domba serta bercocok tanam untuk keluarga selama delapan tahun.
Setelah 10 tahun tinggal bersama Syuaib, Musa minta izin membawa Shufaira istrinya yang tengah hamil ke Mesir. Malam hari, saat beristirahat di bukit Tursina di gurun Sinai, Musa melihat nyala api di kejauhan. Musa meninggalkan istrinya sejenak untuk mendatangi api tersebut. Saat itulah ia mendengar gelegar firman Allah bahwa Musa tengah "berhadapan" dengan-Nya. Peristiwa itu menjadikan Musa sebagai manusia yang selagi hidup telah berdialog langsung dengan Tuhan. Manusia lainnya adalah Muhammad dalam peristiwa Isra Mi'raj.
Di Tursina itu Allah memberi dua mukjizat pada Musa. Pertama, tongkatnya dapat berubah menjadi ular begitu dilempar ke tanah. Kedua, telapak tangannya akan bersinar setelah diselipkan di balik baju di ketiaknya. Allah pun memerintahkan Musa untuk berdakwah mendatangi Fir'aun. Itu kemudian dilakukan Musa bersama misannya, Harun, yang juga telah diangkat menjadi rasul oleh Allah. Sejak itulah Musa-Harun berjalan beriringan. Seorang yang perkasa namun tidak pandai berkata-kata bersama seorang yang fasih berargumen serta lembut hati.
Pertemuannya dengan Fir'aun yang juga ayah angkatnya sendiri tidak berlangsung mulus. Fir'aun menolak seruan Musa agar mengesakan Allah. Puncaknya adalah tantangan Fir'aun pada Musa agar bertarung dengan para ahli sihirnya. Musa menang dalam pertarungan itu. Ular besar dari tongkat Musa menelan ular-ular kecil ciptaan para ahli sihir. Para ahli sihir itu malah bersujud mengikuti ajaran Musa. Hal demikian makin membuat Fir'aun marah.
Haman, perdana menteri kerajaan, mengusulkan agar Fir'aun membunuh Musa dan seluruh warga Yahudi pengikutnya. Fir'aun setuju. Pasukannya segera disiapkan. Namun, malam itu, Musa dan seluruh warga Yahudi telah lari meninggalkan Mesir. Mereka memang tidak dapat lolos melalui Sinai untuk menuju tanah Palestina. Mereka terjepit di ujung Laut Merah.
Saat itulah Musa memukulkan tongkatnya. Laut pun terbelah. Pengikut Musa berhasil menyeberang ujung teluk itu. Fir'aun dan pasukan mengejar di jalur yang sama. Namun tiba-tiba muncul gelombang pasang luar biasa yang menenggelamkan mereka. Ilmu pengetahuan sekarang menjelaskan fenomena tersebut sebagai fenomena Tsunami. Gempa bumi yang berpusat di dasar laut akan menyebabkan air laut surut dengan sangat cepat. Peristiwa surut tersebut harus sangat diwaspadai karena beberapa waktu kemudian justru akan diikuti gelombang pasang luar biasa. Itu yang terjadi pada petaka Flores 1980-an serta Banyuwangi 1995.
Musa telah menyelamatkan kaumnya. Sejak itulah orang-orang Yahudi bermukim di tanah Palestina smpai sekarang. Musa mengajar mereka dengan Kitab Taurat atau 'Perjanjian Lama" untuk mengesakan Allah. Musa mengenalkan pada ajaran pokok "10 Perintah Allah".
Musa dan Kisah lain Beberapa kisah juga dikaitkan dengan Musa. Di antaranya kisah "sapi betina", Nabi Khidzir, harta Qarun, serta patung sapi Samiri.
Kisah sapi betina diuraikan dalam Quran Surat Al-Baqarah. Beberapa orang Yahudi datang ke Musa minta agar mengusut pembunuh keluarga mereka. Musa -berdasar wahyu Allah-minta mereka mencari sapi untuk disembelih. Kulit sapi -ada yang menyebut lidah sapi- agar dipukulkan pada jenazah korban.
Orang-orang malah mempersulit diri dengan terus bertanya-tanya jenis sapi yang seperti apa yang dimaksud Musa. Setelah sapi didapat, dan petunjuk Musa dilakukan, ternyata diketahui bahwa justru sang pelaporlah pembunuh korban. Kisah ini diyakini sebagai petunjuk Allah tentang kecenderungan umum orang-orang Yahudi. Gemar mencari masalah dan mau menang sendiri.
Kisah Nabi Khidzir menggambarkan bahwa "di atas langit masih ada langit". Seorang rasul hebat seperti Musa masih harus belajar pada Khidzir. Dikisahkan bahwa Khidzir bertemu dengan Musa di "pertemuan dua laut" tempat ikan-ikan yang dibawa Musa dalam keranjang hidup kembali. Khidzir bersedia Musa menjadi muridnya asalkan ia tidak bertanya menggugatnya sepanjang pengikuti perjalanan. Tiga kali gagal menahan diri maka Musa harus pergi.
Mula-mula mereka naik kapal. Tiba-tiba Khidzir melubangi kapal itu. Musa tidak dapat menahan diri untuk mengecam mengapa Khidzir melakukan itu. Khaidir mengingatkan Musa telah sekali melanggar. Kemudian Khidzir membunuh seorang anak. Musa kembali bertanya, dan Khidzir mengingatkan lagi bahwa Musa telah dua kali melanggar. Akhirnya Khidzir membangun rumah roboh di sebuah perkampungan yang warganya mengusir mereka. Lagi-lagi Musa bertanya. Saat itulah Khidzir menyebut bahwa Musa telah melanggar tiga kali dan harus pergi.
Khidzir lalu menjelaskan perbuatannya. Ia merusak kapal karena di waktu mendatang raja yang tamak akan menyita seluruh kapal yang bagus. Kapal itu milik orang miskin. Bila rusak, kapal itu tak akan disita. Tentang anak yang dibunuhnya ia menyebut bahwa anak itu sangat berbahaya. Bila dibiarkan, dia akan membahayakan kedua orang tuanya yang sangat saleh. Soal rumah roboh, Khidzir menyebut rumah itu milik anak yatim. Ada harta peninggalan buat anak yatim itu yang berada di bawah reruntuhan rumah tersebut. Kisah ini mengajarkan agar manusia terus belajar. Ilmu Allah maha luas, tak akan seluruhnya dapat terjangkau bahkan oleh rasul besar seperti Musa.
Di masa Musa pula hidup seorang yang sangat kaya. Ia adalah Qarun yang juga seorang Yahudi. Dengan kekayaannya ia menjadi arogan. Ia bahkan menuhankan kekayaannya itu. Ajakan Musa untuk menjadi seorang berpekerti luhur serta mengesakan Allah ditolak Qarun. Sampailah tiba bencana yang menguburkan jasad Qarun beserta seluruh kekayaannya tersebut. Kisah yang mengajarkan betapa kekayaan -jika tidak disyukuri dan dipergunakan secara baik-justru merendahkan martabat manusia.
Musa juga menghadapi penyelewengan kaumnya menyangkut masalah ketuhanan. Hal tersebut lantaran pengaruh Samiri. Peristiwa ini dipaparkan dalam kisah tentang Musa bersama Harun

NABI NUH AS
Nuh diyakini sebagai keturunan ke-10 Adam dan berasal dari wilayah Armenia. Kawasan ini berada di antara Iran, Turki dan Azerbaijan serta diantara Laut Hitam dan Laut Kaspia, Asia Barat. Ia menyeru masyarakatnya untuk menyembah Yang Esa, serta berperilaku baik. Mereka menolaknya. Mereka bahkan menyiksa Nuh dan menganggapnya gila. Istri serta anak Nuh, Kana'an, juga ikut mengucilkannya.
Penolakan itu juga karena faktor sosial. Pengikut Nuh banyak yang berasal dari kalangan miskin. Sedangkan masyarakat setempat memandang rendah kalangan miskin itu.
Nuh, atas perintah Allah, membuat kapal besar di daratan. Ini membuat Nuh semakin dituding gila. Namun kemudian terjadi air bah yang sangat dahsyat. Nuh menyerukan orang-orang setempat untuk naik kapal. Hanya pengikut Nuh yang mau memenuhi ajakan tersebut. Yang lain menolak. Harga diri mereka tercabik bila mengikuti ajakan Nuh. Kana'an pun menolak ajakan Nuh. Itu membuat Nuh sedih. Nuh berdoa agar Allah menyelamatkan keluarganya. Namun Allah mengingatkannya bahwa mereka bukanlah golongan yang termasuk pantas diselamatkan.
Berkembang pula kisah tentang perahu atau bahtera Nuh itu. Menurut kisah tersebut, di saat banjir itu Nuh menyelamatkan binatang. Seluruh binatang dinaikkannya ke dalam perahu sepasang-sepasang, sehingga semua selamat. Namun kebenaran kisah itu sangat lemah. Firman Allah (As-Syu'araa' ayat 119-120) "Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan...Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal"---tidak menyebut soal binatang tersebut.
Banyak ilmuwan mencoba memecahkan fenomena banjir besar itu. Ada yang mengaitkannya dengan peristiwa mencairnya es yang menyelimuti bumi, beribu-ribu tahun silam. Namun ada yang memperkirakan banjir besar itu merupakan fenomena lokal di Armenia lantaran mencairkan salju dan es di puncak gunung dekat pemukiman Nuh dan masyarakatnya. Ekspedisi untuk mencari sisa kapal itu telah dilakukan berbagai tim, mulai dari wilayah Turki hingga Armenia.

1 komentar:

SobatSetia03 mengatakan...

Super sekali.....sebutkan sumber kisah sedetil itu bro.

Posting Komentar

my Child

?????:

sumbere background